Dalam bab ini, kami akan membahas serangan dan pertempuran kaum Muslim di bawah kepemimpinan Muhammad dan penerus-penerusnya, para Kalifah. Kita juga akan membahas kekejaman tak terbatas dari orang yang dianggap sebagai orang yang pengampun dan pengasih.
Semua tindakannya, sesungguhnya sedang mencerminkan sebuah inferioritas yang akut – kompleks yang dia alami semasa hidupnya – sebagai akibat dari hidupnya yang miskin hingga umur dua puluh lima tahun, dan tidak berpendidikan. Untuk mengimbangi masa lalunya, dia memberikan dirinya kekayaan, kehormatan dan predikat kenabian.
Sudah dikatakan di depan bahwa di Medinah, Muhammad berhasil melipat gandakan pengikutnya untuk mendukung misinya. Tetapi sekarang dia menghadapi masalah. Dari manakah dia akan mendapatkan uang yang ia butuhkan untuk menghidupi anak buahnya? Dia tidak menemukan cara lain, selain melakukan serangan, penjarahan dan perampokan –atas nama Allah – yang mengakibatkan pembunuhan dan pertumpahan darah.
Empat Serangan Pertama
Serangannya yang pertama dikenal dengan serangan Al-Iwa’, di mana dia menyerang sebuah caravan unta, yang dimiliki oleh beberapa kaum Quraishi.1 Serangan yang kedua dikenal dengan Bawat, dimana dia menyerang sebuah caravan dari Mekah yang dipimpin oleh Umia bin Khalaf, yang berhasil dijarah dan dirampoknya. Dalam serangannya yang ketiga, dikenal dengan Al-Ashira, sebuah caravan yang menuju Damaskus diserang oleh Muhammad dan komplotannya dengan niatan hanya untuk merampoknya, namun berakhir dengan pembantaian. Ini jelas adalah serangan kotor.
*[Tidak ada satupun yang hakekatnya dapat dikaitkan kepada Allah, namun tetap dikatakan sebagai “perang demi Allah” atau demi “membela Allah”. Allah ini sudah terlalu banyak dibajak namanya, persis seperti yang dilakukan teroris sampai saat ini.]
Serangan ke empat dikenal dengan Al-Nakhla, sebuah tempat diantara Mekah dan Taif. Abd Allah bin Jahsh, memimpin dua belas orang dalam sebuah serangan atas caravan yang membawa kurma dan kain. Karavan itu dipimpin oleh Amr bin Al-Hadrami, yang dibunuh pada Bulan Haram, bulan dimana kaum Islam dilarang untuk membunuh dan berkelahi. Tetapi untuk Muhammad, dia berdiri diatas pelarangan. Maka lagi-lagi turunlah ayat dari mulutnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah…lebih besar dosanya di sisi Allah.”2
Perjanjian antara Muhammad dengan komplotannya adalah dia mendapatkan 20% dari hasil penjarahannya, dan anak-buahnya mendapatkan 80%. Sebagai hasil dari perampokan-perampokan, Muhammad dan anak-buahnya mendapatkan hasil permodalan yang sangat besar. Dengan modal itu, mereka mendapatkan orang dengan jumlah lebih banyak lagi, dan melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi. Akibatnya, Perang Badar terjadi pada hari Farkan di bulan Ramadan.3
Perang Badar
Siapa yang memulai serangan dalam perang Badar?
*[Muslim selalu merasa bahwa perang ini ”defensif ” untuk menghancurkan musuh-musuh (agresor) Islam yang dituduh kelewat batas.]
Namun jawablah dulu, apakah kaum Quraishi, atau Muhammad dan para pengikutnya yang memang sengaja mencetuskan perang ini dengan cara merampoknya? Muhammad diberitahu bahwa sebuah karavan dengan banyak unta yang memuat barang dagangan yang kaya, tengah dalam perjalanan kembali dari Damaskus menuju Mekah. Itulah karavan yang dipimpin oleh Abu Sufyan, orang terkaya di Mekah. Maka Muhammad dengan pengikutnya dan dibantu sekutunya (kaum Al-Ansar) di bawah kepemimpinan Sa’d Ibn Mua’dh berencana merampok kekayaan tersebut. Penyerangan dilakukan oleh 300 orang lebih, dengan kesepakatan pembagian jarahan bagi Muhammad adalah seperlima bagian, dan sisanya untuk pejuang selainnya. Tetapi Abu Sufyan mendengar rencana jahat ini, lalu dia mengutus orangnya ke Mekah, minta pertolongan segera dari rakyat Mekah untuk menggagalkan usaha perampokan.
*[Karena bala bantuan ”milisi kafir” dari Mekah inilah, maka Muslim mendalilkannya sebagai ”perang militer” melawan musuh-musuh Allah yang kafir, padahal itikad aslinya adalah merampok sebuah karavan kaya dari si kafir Abu Sufyan, termasuk menawan wanita-wanita cantik yang bisa dipakai semaunya.]
Seperti biasanya, “jibril” membantu Muhammad dengan ayat yang diturunkan: “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakukan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”4 Serangan dan perampokan pun terjadi dengan membunuh penjaga-penjaganya bahkan juga para tawanannya. Perang tersebut berakibat kematian lebih dari 400 orang dari Mekah, termasuk Abu Al-Hakam (Abu Jahl), paman Muhammad sendiri. Ketika Muhammad melihat bangkainya, sang nabi itu meludahi wajahnya dan berkata: “Ini adalah Firaun dari bangsanya telah mati.”
Muhammad mengambil 70 tawanan wanita. Abu Bakar menyarankan kepada Muhammad untuk membebaskan mereka agar Allah dapat membimbing mereka untuk beriman terhadap kenabian Muhammad. Sa’d Ibn Mua’dh juga berkata sama. Tetapi Muhammad lebih mementingkan penjarahan ketimbang pertobatan iman. Sisa tawanan yang tidak dibunuh ditawarkan untuk dibebaskan atas tebusan (Surat Muhammad 47:4), dengan akibat kaum Quraishi harus menjual rumah mereka demi menebus tawanan tersebut dari tangan Muhammad.
Sa’d Ibn Mua’dh mengkritik kekejaman yang dilakukan Muhammad. Namun Muhammad berkata kepadanya, “Kamu sepertinya membenci apa yang dilakukan para pengikutku.” Dia menjawab, “Ya. Membunuh tahanan bukan tradisi Rab.” Muhammad menjawab, “Tetapi mereka adalah kafir.” Dia kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu daripada membiarkan orang-orang itu hidup.”
Muhammad pergi untuk membagikan hasil rampasan perang diantara dirinya dan anak buahnya. Tetapi setelah hasil rampasan dibagikan, dalam perjalanan pulang, Muhammad membunuh Al-Nadr bin Al-Haris. Dan ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba bin Abi Al-Mu’ait. Inilah kelicikan Muhammad terhadap orang-orang yang telah membantunya. Namun seperti biasanya, Muhammad mengatasi masalah kelicikannya ini dengan mendapat ”pertolongan” ayat Allah yang diturunkan kepadanya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul.”5 Kemudian Muhammad mengambil semua hasil rampasan.6
*[Pembelajaran dari perang ini menyangkut 3 aspek bagi setiap Muslim: (1). Awas-awas terhadap pemlintiran istilah, dari aslinya “perampokan” menjadi “perang militer yang gemilang menghancurkan orang kafir”. (2).Awas-awas terhadap metamorfosa “Jibril” yang selalu ngurusin pengecualian dan penghalalan bagi Muhammad dari ketentuan-ketentuan Allah yang baku. (3). Awas-awas terhadap penyesatan “Jibril” bahwa setiap barang jarahan kafir adalah halal, namun tidak ada satu orang kafirpun yang halal hidup diatas bumi, kecuali Muslim saja, seperti yang didoakan nabi Nuh Islam: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”7 ]
Perang Uhud8
Tidak lama setelah perampokan Badar, orang-orang Quraishi memutuskan untuk balas dendam atas serangan terhadap Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Segera ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, dia membangun kekuatan untuk melawan Muhammad dan komplotannya. Abu Sufyan dan pasukannya berangkat menuju Medina. Mereka berkemah dekat Gunung Uhud, mempersiapkan diri untuk menyerang kota. Muhammad diberitahu mengenai pasukan yang siap menggempur mereka.
Muhammad meyakinkan pengikut-pengikutnya bahwa dengan nama Allah dan malaikat-malaikat, kemenangan akan memihaknya, “Aku akan meminta Allah dan malaikatNya untuk berperang bagi kita.” Ketika perang dimulai, ternyata Muhamad dan pasukannya dikalahkan dan para pengikutnya lari ketakutan. Muhammad mencoba untuk memberikan penjelasan meyakinkan atas Perang Uhud yang memalukan. Rakyat bertanya: Dimanakah tuhan dari Muhammad? Dimanakah 20.000 malaikat yang dijanjikan untuk berkelahi membela mereka? “Dimanakah mereka berada, Muhammad?” Teriak Sa’d Ben, yang terluka parah selama perang. Para pendiri Islam berkumpul mengelilingi pemimpin mereka dan bertanya kepadanya: “Abu Kasem (itulah nama yang digunakan sahabat-sahabatnya untuk memanggilnya), apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar (sekutu) tidak akan mempercayai kita lagi.”
Muhammad meminta anak buahnya waktu sejenak untuk mendapatkan sebuah jawaban. Dan “jibril” sudah siap. Namun kali ini kaum Al-Ansar tidak akan bisa diyakinkan hanya dengan satu ayat, sehingga enampuluh satu ayat diturunkan dan menjadi bagian dari sebuah Surat!9 Perang Uhud telah menyebabkan mereka kehilangan 70% dari semua yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Muhammad dan para pengikutnya memutuskan untuk kembali merampok setelah ada gencatan senjata dengan kaum Quraishi selama sepuluh tahun. Waktu ini dimanfaatkan Muhammad untuk membangun kekuatannya kembali dengan perampokan harta dan senjata karavan-karavan yang berkeliling. Pada tahun keempat dari Hijrah,10 dia berhasil menyerang Dabeeb dan Ber Ma’ouna; juga beberapa orang kaya termasuk orang-orang Al-Nadir (yang dikenal dengan Banu Nadir). Tentunya apa yang dilakukan terhadap orang-orang Al-Nadir menjadi halal bagi kaum Muslim, yakni, merampok kaum kafir, memperkosa dan mengambil istri-istri mereka sebagai tawanan.
Karena Al-Ansar bersungut mengenai apa yang dilakukan Muhammad terhadap Al-Nadir, Surat 59 Al-Hashr (Pengusiran) diturunkan untuk menghentikan semua pertikaian. Sepertinya tuhannya menjadi begitu bermurah hati dengannya sehingga dia tidak hanya mengirimnya hanya satu ayat seperti sebelumnya, tetapi sekarang sebuat surat penuh turun untuk membenarkan tindakannya!? Inilah model tuhannya Muhammad!?
Affair antara Aisyah dan Safwan
Muhammad berhubungan intim dengan Aisyah, pada saat dia berumur sembilan tahun. Pada umur itu, seorang gadis muda tidak sepenuhnya sadar mengenai apa yang terjadi pada dirinya secara seksual. Disamping itu, dia tidak memiliki perasaan dewasa yang membedakan antara seorang laki-laki dengan yang lainnya, dan ke arah mana perasaannya ditujukan. Namun, ketika Aisyah bertambah umur, perasaannya juga bertambah dewasa.
Lihatlah kejadian di seputar pertumbuhan kedewasaannya.
Pertama, pada saat penyerangan terhadap kaum Al-Miraysi, Muhammad agaknya tidak cukup sabar untuk pulang ke rumah, hingga ia meminta Aisyah untuk menemaninya. Dengan kata lain, ketika anak buahnya sedang menyerang, merampok dan mencuri, sang nabi sedang berada dalam tendanya berhubungan intim dengan Aisyah.
Kedua, ketika sahabat-sahabat Muhammad mengambil wanita suku Al-Mustaliq, mereka mempertontonkan wanita-wanita tahanan. Diantara mereka adalah Juwairiyyah bint Al-Haris, yang sangat cantik dan Muhammad ingin menikahinya. Tetapi karena dia merupakan bagian rampasan perang dari Thabit bin Qais, Muhammad menawarkannya banyak uang, untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Transaksi tersebut bahkan terjadi saat Aisyah sedang bersamanya di dalam tendanya.
Apakah reaksi dari Aisyah? Aisyah meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota, dan dia masuk ke dalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia kembali bersama Safwan bin Al-Mu’attal,11 dengan banyak orang melihat mereka memasuki Medinah. Ketika gosip menyebar mengenai Aisyah dan Safwan, Muhammad sangat yakin bahwa dia telah menghianatinya, sehingga dia meminta nasihat dari Ali. Nasihat Ali adalah untuk menceraikan ataupun membunuhnya. Muhammad memutuskan untuk menceraikannya, dan Ali yakin akan keputusan Muhammad itu. Namun, satu bulan penuh telah berlalu, ketika orang-orang masih membicarakan perselingkuhan antara Safwan dan Aisyah, dan Muhammad belum juga menceraikannya ataupun mengambil sikap kepadanya. Dia memang pergi kesana dengan tujuan untuk menceraikannya. Tetapi ketika dia memasuki rumah Abu Bakar dan saat dia melihat Aisha, dia berubah pikiran, dan berkata, “Wahai Aisyah, Allah telah mendukungmu.” Tentunya, “jibril” sudah siap menurunkan sebuah ayat yang menyaksikan pembelaan untuk Aisyah12
Tidak lama kemudian, Ali melihat kejadian tidak senonoh dari Aisyah, sehingga dia mengatakannya kepada nabi: Kali ini, Muhammad memutuskan bahwa Aisyah harus dibunuh. Dia pergi kepadanya dengan Ali, dan dengan pedangnya, siap untuk membunuhnya. Muhammad memasuki rumah dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad keluar satu jam kemudian, berkeringat dan keletihan. Ali bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, Sepupu?” Muhammad menjawab, “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Allah untuk membenarkannya lagi.”
Tetapi kali ini lain, ayat tersebut menuduh Ali yang berbohong, dan mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu.”13 Sejak hari itu, Ali memusuhi Aisyah dan Aisyah memusuhi Ali, Padahal mengenai Ali, Muhammad mengatakan, “Dia adalah sepupuku dan saudara yang menebus nyawaku. Dia adalah kebenaran, dia adalah Ali bin Abu Talib.” Tetapi tuhannya Muhammad kini berbalik dan menuduhnya berbohong kepada Ali, demi menyelamatkan kisah Aisyah...
Surat Pewarisan14
Pertikaian keluarga, antara Muhammad dengan Ali menyebabkan dihapusnya Surat Pewarisan, yang seyogyanya menurunkan kekalifahan kepada Ali oleh Muhammad. Harap catat: pendukung Ali (kaum Syiah) tetap mempertahankan keberadaan Surat-Pewarisan dan membacakannya dari dalam Al-Qur’an mereka hingga kini. Ketika Kalifah ‘Utsman mengumpulkan Al-Qur’an, dia menolak untuk memasukkan Surat tersebut dan menuntut untuk menghapuskannya. Tetapi surat itu masuk dalam salinan Ibn Mas’ud dari Al-Qur’an dan terdapat di dalam Al-Quran yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Mereka berjumlah sekitar 40% dari semua orang Muslim. Sehingga, Al-Quran yang dibaca oleh kaum Syiah berjumlah 115 surat, sedangkan Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum Sunni berjumlah 114 surat. Perbedaan ini menimbulkan sebuah pertikaian penting yang terjadi setelah serangan Muraisa, dalam tahun kelima Hijrah.
Akar-akar Terorisme dalam Al-Qur’an
Peristiwa seperti ini adalah mirip dengan perkawinan Muhammad dengan Juwairiyyah bint Al-Haris, yang terjadi ketika nabi membunuh ayah dan suaminya yang ditawan, lalu mengawini sang istri. Aisyah menjawab perilaku Muhammad ini dengan mengkhianatinya sebagaimana dikutip di atas.15 Di sini, saya hanya mempersoalkan sebuah pertanyaan klasik: Apakah itu adalah perilaku dari seorang nabi yang diutus Tuhan? Sangat jelas bahwa Islam berkembang dilandasi dengan banyak darah tertumpah. Dimulai dengan perampasan, pembunuhan, pencurian dan perampokan karavan-karavan kaum Quraishi yang datang dari Damaskus ke Mekah. Kemudian berlanjut dengan menyerang kaum Yahudi, baik itu di Khaybar maupun di Medina, dan kaum Nasrani di Medina dan Taif juga tidak luput dari pembantaian.
Kaum Muslim hingga kini mengikuti langkah-langkah Muhammad, sebagai pendiri Islam. Itu sebabnya, hari ini kita menyaksikan para Islamist di Mesir merampok gereja-gereja dan toko-toko orang Kristen, membunuh mereka tanpa perasaan. Di Aljazair, Muslim fanatik telah membunuh orang-orang tidak berdosa tanpa pertanyaan, Muslim maupun non-Muslim, hanya karena merasa ada pihak-pihak yang menentang agenda politik dan agama Islam. Kenapa mereka harus ragu melakukan hal-hal ini jikalau nabi mereka membiarkan dan memimpin aksi-aksi yang menjijikan ini? Aksi-aksi terorisme dan intimidasi Muhammad telah didokumentasikan dalam biografi-biografi Islamic yang terbaik tentang sepak-terjang Muhammad (sebagai “pahlawan perjuangan”).
Orang-orang harus mengerti bahwa Muhammad telah menjadi contoh bagi umat Muslim di dunia Timur maupun Barat.
Kisah Rihana bint Amro
Ketika tangan dan baju Muhammad masih berlumuran dengan darah orang-orang Bani Quraiza, Muhammad memerintahkan para tahanan wanita dipajang di hadapannya. Seperti biasanya, Muhamamd memilih untuk dirinya wanita yang paling cantik. Kali ini pilihannya jatuh pada seorang wanita yang suaminya dan ketiga saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya telah diperintahkan untuk dipenggal kepalanya di depan matanya. Nama wanita itu adalah Rihana bint Amro. Muhammad berkata kepadanya, “Daripada menjadi budakku, saya akan membebaskan kamu dan menikahimu.” Ia menjawab: “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi budakmu daripada menjadi istri seorang penjagal manusia.” Dia kemudian meludahinya dengan harapan agar sang nabi besar itu akan memerintahkan dirinya untuk dibunuh. Tetapi ternyata Muhammad tidak membunuh wanita cantik. Melainkan, dia menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan intim dengannya sementara kaki dan tangan wanita itu terikat.16
Allah seperti apa yang akan mengirim seorang nabi yang bajunya masih berlumuran darah sembilan ratus orang, dan mencari kepuasan seksual dengan seorang wanita yang lebih memilih menjadi budak dan kematian, daripada menjadi “istri dari seorang penjagal manusia.”
Tentu saja kaum Yahudi sejak itu mewarisi kebencian terhadap Muhammad dan para pengikutnya. Dan mereka masih mengingat betapa banyak pembunuhan dan penyiksaan yang dia lakukan terhadap nenek moyang mereka dari Bani Quraiza.
Terorisme hari ini bukan datang tiba-tiba, bukan pula temuan metode baru! Muhammad telah memberi patron terbaik untuk sebuah teror dan intimidasi dengan penutup jubah perjuangan demi agama Allah.
Kisah Fatimah bint Rabi’a
Fatima bint Rabi’a adalah wanita dipakai sebagai contoh karena harkat dan martabatnya. Dia menolak untuk mengakui Muhammad sebagai seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi yang dianggap pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya tetapi mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan anak perempuannya. Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa, sebagaimana yang ditulis oleh Al-Athir dalam buku-nya.17 Dan apa yang ditulisnya? O, tidak terucapkan (!), yaitu wanita tersebut yang adalah nenek tua yang berusia 70 tahun itu, harus menghadapi Muhammad yang memerintahkan satu dari budak yang cacat fisik untuk memperkosa anak perempuan dari si nenek tersebut di depan dirinya!
Setelah budak tersebut selesai melakukan perbuatannya yang najis, Muhammad masih memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya untuk menuntaskan pembunuhan terhadap Fatimah, walaupun banyak orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis: “Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”18
Betapa menjijikkan pembunuhan itu! Tuhan manakah yang dapat mengilhami seseorang untuk melakukan hal tersebut, dan tetap harus disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan Maha Penyayang?” Bagaimana Muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?! Jangan lupa bahwa kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan nabi besar itu dari ajaran Yesus dari Nazaret, yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya dan menyalibkan diriNya, dan yang dibalas oleh Yesus dengan meminta pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.
Tambahan Kisah Safiyah bint Huyay
Kisah yang baru saja Anda baca tidak berbeda dengan kisah Kinana bin Al-Rabi’a, yang menjadi tawanan pada serangan Khaibar. Muhammad bertanya mengenai letak hartanya yang disembunyikannya. Sebagai jawabannya, Kinana sekaligus kehilangan semua kekayaan yang tersimpan.
*[Muslim selalu mendalilkan motif Nabinya disini berperang melawan kafir Yahudi, tetapi lihatlah betapa kasat mata motif sejatinya adalah perampokan.]
Muhammad kemudian memerintahkan untuk membawa Safiyah, istri Kinana, dan menyaksikan bagaimana suaminya diikat, dilepaskan bajunya, dan di capkan dengan besi kepada bagian-bagian tubuh Kinana yang sensitif. Safiyah didudukkan dipangkuan Muhammad, dipaksa untuk menonton suaminya disiksa. Setelah penyiksaannya, Muhammad memerintahkan agar Kinana dipenggal dengan pedang dimuka umum, kemudian menikahi istrinya!
Bila hal seperti itu terjadi pada nabi selain Muhammad, kaum Muslim akan mengutuki: “Nabi binatang!” atau “Setan alas!” Coba periksalah semua perilaku para nabi satu persatu tanpa pembelaan buta: Bisakah perilaku seperti itu bagian dari perilaku nabi Tuhan yang sejati?
Beberapa kaum Muslim mungkin akan mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut adalah palsu terhadap rasul mereka. Saya menjawab: Saya berharap dari lubuk hati saya bahwa itu adalah tuduhan palsu, tetapi kebenaran selalu pahit. Saya mengetahui ini dari pengungkapan fakta-fakta yang diplintirkan, juga dari pengalaman pribadi, karena saya merasakan sendiri kepahitan yang sama dari ajaran dan tindakan-tindakan nabi dan tuhannya Islam, saat saya menemukannya sendiri. Mengerikan, sangat mengerikan, untuk menghubungkan Tuhan yang Suci dan Murni dengan kejahatan dan tipu daya palsu, sementara Tuhan sejati sama sekali tidak bersalah atas ucapan dan tindakan-tindakan Muhammad.
Tipu daya Muhammad berhasil karena kebodohan orang Arab di zaman kebodohan. Bagaimana tipu daya ini bisa diterima oleh orang-orang terpelajar pada abad ke 21, dimana ilmu pengetahuan menyediakan begitu banyak fakta dan pencerahan?
Ikuti Muhammad atau Mati
Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa rajanya membayar upeti jika dia tidak memeluk Islam, sang raja bertanya kepadanya: “Bagaimanakah semua kaum Quraishi menjadi Muslim?” Al-Aas menjawab:
“Kaum Quraishi mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan untuk memeluk Islam atau karena mereka takut sebab mereka dikalahkan dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa (yang bukan Muslim). Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan berlari di atasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan menyerangmu.”
Dengan kata lain, pilihannya hanya Islam atau mati. Ikuti Muhammad atau mati – sebuah pilihan perbudakan dan sebuah taktik teroris yang teramat keji, rancangan Muhammad Utusan Allah. Ibn Ishaq menulis:
“Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Walid kepada bin Al-Haris, untuk disampaikan kepada suku Najran, yang beragama Kristen dan berkata kepadanya: Jika kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima; jika kamu bilang tidak, aku akan membunuhmu dengan pedang.” 19
Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Haris kepada Utusan Allah dengan patuh. Apa yang dikatakan Utusan Allah kepada orang-orang tersebut? “Jika kamu tidak memeluk Islam, aku akan memenggal kepalamu di bawah kakimu!”20
Teror dan mental terorisme tidak hanya didemonstrasikan dalam tindakan-tindakan Muhammad, tetapi juga dicatat sebagai pewahyuan dari Allahnya dalam Al-Qur’an, yang mendukungnya untuk menteror, membunuh dan menumpahkan darah orang tidak berdosa.
Surat 4:74 mengatakan: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang-siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenang-an maka kelak akan Kami (Allah) berikan kepadanya pahala yang besar.”21
Surat Muhammad mengatakan: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.”22
Surat Al-Anfal 8:60 mengatakan: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggetarkan (teror) musuh Allah, musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.”
[Surat 33:26 mengatakan, ”...dan Dia memasukkan rasa takut (teror) kedalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan”]
Kasih versus Teror
Teror jelas-jelas diperintahkan Allah, untuk ditanamkan ke dalam hati para musuh Islam. Maka Islam adalah tempat subur untuk menggunakan teror dan terorisme sebagai alat untuk menaklukkan keimanan seseorang.
Saya percaya, kebenaran sejati yang datang dari Surga tidak membawa pedang, ataupun memerintahkan pertumpahan darah orang tidak berdosa. Surga menyatakan: “Kasihilah musuhmu.” Dia tidak mengatakan, “Jagallah musuhmu.” Surga mengatakan: “Berkatilah mereka yang mengutukmu.” Tidak mungkin Surga mengatakan: “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”23
Surga yang mengampuni berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.24
Tetapi Surga tidak akan menghasut dan menyombong: “Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi amal-amalmu.”25
Penyebaran Islam setelah Muhammad juga dicapai dengan ujung pedang, seperti yang digambarkan dalam bendera mereka. Ibn Al-Asam Al-Garhami mengatakan di dalam bukunya Tales of Battles bahwa jumlah orang yang terbunuh dari awal panggilan kenabian Muhammad hingga kematiannya melebihi 30,000 jiwa. Dan mereka yang menemui ajalnya oleh pedang Islam dari awal pendirian Islam hingga 1250 Hijrah (sekitar tahun 1750 Masehi) mencapai sekitar sepuluh juta jiwa. Di Spanyol sendiri, kaum Muslim membunuh lebih dari 1.5 juta jiwa dari abad ke-8 Masehi hingga mereka diusir dari Spanyol pada tahun 1492.
Perang antar Muslim: Pembunuhan Utsman bin Affan
*[Muhammad memberlakukan pedang dan menghalalkannya terhadap kafir. Ia mungkin tidak sadar akan firman Yesus yang mengatakan sebaliknya, “Siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang” (Mat.26:52). Pedang disini tentu “pedang” dalam arti luas tentang kebrutalan, pembunuhan, dan pertumpahan darah. Dan benarlah, ternyata pengembangan Islam yang mengandalkan pedang berbalik menjadi korban pedang itu juga di kalangannya. Kenapakah Muslim tidak me-renunginya serta menganalisa dan memastikan sejarah intern Islam itu sendiri?]
Kejadian yang paling tepat menggambarkan “pedang makan tuan” adalah fakta pembunuhan terhadap penerus-penerus Muhammad (yakni para Kalifah) dan pemimpin-pemimpin Muslim oleh kalangan Muslim sendiri. Salah satu diantaranya adalah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga yang menyumbangkan 10,000 dinar kepada Muhammad, ketika dia pertama kali mulai menyebar-luaskan panggilan kenabiannya. Al-Halabi menulis tentang dia:
“Utsman bin Affan datang dengan uang sepuluh ribu dinar dan meletakkannya di dalam tangan dan dada Muhammad. Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya, membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata, ‘Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak diketahui dan yang diketahui oleh umum, Wahai Utsman. Semoga Allah memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok hingga hari pengangkatan. Tidak akan ada sesuatu apapun yang dilakukan Utsman yang akan melukai dirinya mulai hari ini.”26
Penulis-penulis Islam sendiri memberikan kita banyak penjelasan mengenai pembunuhan terhadap diri Utsman. Dua orang Muslim yang berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir, datang ke hadapan Utsman ketika dia sedang membaca Al-Qur’annya Muhammad. Mereka menyiksanya kemudian membunuhnya. Mereka juga menginjak jenggotnya dengan sepatu mereka – sebuah tanda penghinaan besar. (Jangan lupa bahwa Utsman adalah salah satu dari 10 pembawa kabar baik yang berkhotbah tentang Surga. Dia juga adalah orang yang telah diberikan kepastian oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang, akan diampuni, setelah dia membayar 10.000 dinar.)
Ironisnya, dia dibunuh oleh seorang pembawa kabar baik lainnya, Ammar bin Yasir, yang berasal dari sebuah suku yang disiksa oleh kaum Quraishi karena Muhammad. Dengan demikian, seperti ucapan Muhammad, bukankah yang membunuh dan yang dibunuh sesama Muslim akan masuk ke dalam api neraka? Apakah Utsman benar-benar pergi ke Surga hanya karena sepuluh ribu dinar yang dia sumbangkan kepada Muhammad, karena ia memang dijanjikan Surga? Apakah Ammar bin Yasir, salah satu dari pembawa kabar baik tentang Surga – tetapi yang membunuh sesama orang Muslim – pergi ke Surga? Apakah kaum Muslim memikirkan hal-hal ini? Apakah Utsman dan Ammar pergi ke surga atau ke neraka? Menurut Muhammad, mereka pergi ke surga. Tetapi juga menurut Muhammad mereka pergi ke neraka! Faktanya, Kalifah ketiga ini dibunuh oleh Ammar dan anak dari Khalifah pertama.
*[Muhammad sendiri tidak luput dari hukum “pedang berbalas pedang”. Ia kena racun dari perempuan Yahudi yang ditawannya di Khaibar, dan Allah tidak menghindarkan atau memunahkan racun itu dari padanya, seperti yang diakui oleh Anas bin Malik: ”Saya selalu mengetahui pengaruh racun itu dalam kerongkongan beliau (HS Bukhari 1220). Aisyah menyaksikan betapa Muhammad menderita, bukan hanya karena sakit keracunan makanan tersebut di saat-saat kritisnya, ”Hai Aisyah! Saya senantiasa merasa pedih makanan (racun) yang saya makan di Khaibar. Itulah waktunya saya merasa tali jantung saya putus karena racun itu”; Tetapi harapan dan permohonannya untuk keselamatan dirinya di akhirat juga tidak menentu, karena tidak ada tanda-tanda dijawab lagi oleh Jibril maupun Allah. Muhammad hanya bergumul sendirian dengan maut. Ketika seseorang siap-siap menghembuskan nafas terakhirnya, ia akan melepaskan segala atribut ke-egoannya dan dengan kata-kata terakhir ia mengakui dengan sepenuh kejujuran. Dan itulah yang juga terjadi pada diri Muhammad, yang berkata: “Wahai Tuhan! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi... Lalu beliau mengangkat tangannya sambil mengucapkan: “Teman Yang Maha Tinggi”. Lalu beliau wafat dan rebahlah tangan beliau.” (HSB.1570, 1573, 1574). Tak bisa lain lagi, Muhammad harus dengan jujur meninggalkan dua kebenaran diujung napas terakhirnya: (1). Bahwa ia adalah orang berdosa yang perlu diampuni. Dan (2) bahwa ada satu sosok baru yang disembunyikannya selama ini, yaitu, ”Teman Yang Maha Tinggi” yang akan mengadilinya di hari pengadilan.]
Semua tindakannya, sesungguhnya sedang mencerminkan sebuah inferioritas yang akut – kompleks yang dia alami semasa hidupnya – sebagai akibat dari hidupnya yang miskin hingga umur dua puluh lima tahun, dan tidak berpendidikan. Untuk mengimbangi masa lalunya, dia memberikan dirinya kekayaan, kehormatan dan predikat kenabian.
Sudah dikatakan di depan bahwa di Medinah, Muhammad berhasil melipat gandakan pengikutnya untuk mendukung misinya. Tetapi sekarang dia menghadapi masalah. Dari manakah dia akan mendapatkan uang yang ia butuhkan untuk menghidupi anak buahnya? Dia tidak menemukan cara lain, selain melakukan serangan, penjarahan dan perampokan –atas nama Allah – yang mengakibatkan pembunuhan dan pertumpahan darah.
Empat Serangan Pertama
Serangannya yang pertama dikenal dengan serangan Al-Iwa’, di mana dia menyerang sebuah caravan unta, yang dimiliki oleh beberapa kaum Quraishi.1 Serangan yang kedua dikenal dengan Bawat, dimana dia menyerang sebuah caravan dari Mekah yang dipimpin oleh Umia bin Khalaf, yang berhasil dijarah dan dirampoknya. Dalam serangannya yang ketiga, dikenal dengan Al-Ashira, sebuah caravan yang menuju Damaskus diserang oleh Muhammad dan komplotannya dengan niatan hanya untuk merampoknya, namun berakhir dengan pembantaian. Ini jelas adalah serangan kotor.
*[Tidak ada satupun yang hakekatnya dapat dikaitkan kepada Allah, namun tetap dikatakan sebagai “perang demi Allah” atau demi “membela Allah”. Allah ini sudah terlalu banyak dibajak namanya, persis seperti yang dilakukan teroris sampai saat ini.]
Serangan ke empat dikenal dengan Al-Nakhla, sebuah tempat diantara Mekah dan Taif. Abd Allah bin Jahsh, memimpin dua belas orang dalam sebuah serangan atas caravan yang membawa kurma dan kain. Karavan itu dipimpin oleh Amr bin Al-Hadrami, yang dibunuh pada Bulan Haram, bulan dimana kaum Islam dilarang untuk membunuh dan berkelahi. Tetapi untuk Muhammad, dia berdiri diatas pelarangan. Maka lagi-lagi turunlah ayat dari mulutnya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah, kafir kepada Allah…lebih besar dosanya di sisi Allah.”2
Perjanjian antara Muhammad dengan komplotannya adalah dia mendapatkan 20% dari hasil penjarahannya, dan anak-buahnya mendapatkan 80%. Sebagai hasil dari perampokan-perampokan, Muhammad dan anak-buahnya mendapatkan hasil permodalan yang sangat besar. Dengan modal itu, mereka mendapatkan orang dengan jumlah lebih banyak lagi, dan melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi. Akibatnya, Perang Badar terjadi pada hari Farkan di bulan Ramadan.3
Perang Badar
Siapa yang memulai serangan dalam perang Badar?
*[Muslim selalu merasa bahwa perang ini ”defensif ” untuk menghancurkan musuh-musuh (agresor) Islam yang dituduh kelewat batas.]
Namun jawablah dulu, apakah kaum Quraishi, atau Muhammad dan para pengikutnya yang memang sengaja mencetuskan perang ini dengan cara merampoknya? Muhammad diberitahu bahwa sebuah karavan dengan banyak unta yang memuat barang dagangan yang kaya, tengah dalam perjalanan kembali dari Damaskus menuju Mekah. Itulah karavan yang dipimpin oleh Abu Sufyan, orang terkaya di Mekah. Maka Muhammad dengan pengikutnya dan dibantu sekutunya (kaum Al-Ansar) di bawah kepemimpinan Sa’d Ibn Mua’dh berencana merampok kekayaan tersebut. Penyerangan dilakukan oleh 300 orang lebih, dengan kesepakatan pembagian jarahan bagi Muhammad adalah seperlima bagian, dan sisanya untuk pejuang selainnya. Tetapi Abu Sufyan mendengar rencana jahat ini, lalu dia mengutus orangnya ke Mekah, minta pertolongan segera dari rakyat Mekah untuk menggagalkan usaha perampokan.
*[Karena bala bantuan ”milisi kafir” dari Mekah inilah, maka Muslim mendalilkannya sebagai ”perang militer” melawan musuh-musuh Allah yang kafir, padahal itikad aslinya adalah merampok sebuah karavan kaya dari si kafir Abu Sufyan, termasuk menawan wanita-wanita cantik yang bisa dipakai semaunya.]
Seperti biasanya, “jibril” membantu Muhammad dengan ayat yang diturunkan: “Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakukan (teror) ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.”4 Serangan dan perampokan pun terjadi dengan membunuh penjaga-penjaganya bahkan juga para tawanannya. Perang tersebut berakibat kematian lebih dari 400 orang dari Mekah, termasuk Abu Al-Hakam (Abu Jahl), paman Muhammad sendiri. Ketika Muhammad melihat bangkainya, sang nabi itu meludahi wajahnya dan berkata: “Ini adalah Firaun dari bangsanya telah mati.”
Muhammad mengambil 70 tawanan wanita. Abu Bakar menyarankan kepada Muhammad untuk membebaskan mereka agar Allah dapat membimbing mereka untuk beriman terhadap kenabian Muhammad. Sa’d Ibn Mua’dh juga berkata sama. Tetapi Muhammad lebih mementingkan penjarahan ketimbang pertobatan iman. Sisa tawanan yang tidak dibunuh ditawarkan untuk dibebaskan atas tebusan (Surat Muhammad 47:4), dengan akibat kaum Quraishi harus menjual rumah mereka demi menebus tawanan tersebut dari tangan Muhammad.
Sa’d Ibn Mua’dh mengkritik kekejaman yang dilakukan Muhammad. Namun Muhammad berkata kepadanya, “Kamu sepertinya membenci apa yang dilakukan para pengikutku.” Dia menjawab, “Ya. Membunuh tahanan bukan tradisi Rab.” Muhammad menjawab, “Tetapi mereka adalah kafir.” Dia kemudian berkata kepada Muhammad dalam pernyataannya yang terkenal: “Sepertinya membunuh jauh lebih penting bagimu daripada membiarkan orang-orang itu hidup.”
Muhammad pergi untuk membagikan hasil rampasan perang diantara dirinya dan anak buahnya. Tetapi setelah hasil rampasan dibagikan, dalam perjalanan pulang, Muhammad membunuh Al-Nadr bin Al-Haris. Dan ketika mendekati gerbang kota, dia membunuh Akaba bin Abi Al-Mu’ait. Inilah kelicikan Muhammad terhadap orang-orang yang telah membantunya. Namun seperti biasanya, Muhammad mengatasi masalah kelicikannya ini dengan mendapat ”pertolongan” ayat Allah yang diturunkan kepadanya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul.”5 Kemudian Muhammad mengambil semua hasil rampasan.6
*[Pembelajaran dari perang ini menyangkut 3 aspek bagi setiap Muslim: (1). Awas-awas terhadap pemlintiran istilah, dari aslinya “perampokan” menjadi “perang militer yang gemilang menghancurkan orang kafir”. (2).Awas-awas terhadap metamorfosa “Jibril” yang selalu ngurusin pengecualian dan penghalalan bagi Muhammad dari ketentuan-ketentuan Allah yang baku. (3). Awas-awas terhadap penyesatan “Jibril” bahwa setiap barang jarahan kafir adalah halal, namun tidak ada satu orang kafirpun yang halal hidup diatas bumi, kecuali Muslim saja, seperti yang didoakan nabi Nuh Islam: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”7 ]
Perang Uhud8
Tidak lama setelah perampokan Badar, orang-orang Quraishi memutuskan untuk balas dendam atas serangan terhadap Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Segera ketika Abu Sufyan tiba di Mekah, dia membangun kekuatan untuk melawan Muhammad dan komplotannya. Abu Sufyan dan pasukannya berangkat menuju Medina. Mereka berkemah dekat Gunung Uhud, mempersiapkan diri untuk menyerang kota. Muhammad diberitahu mengenai pasukan yang siap menggempur mereka.
Muhammad meyakinkan pengikut-pengikutnya bahwa dengan nama Allah dan malaikat-malaikat, kemenangan akan memihaknya, “Aku akan meminta Allah dan malaikatNya untuk berperang bagi kita.” Ketika perang dimulai, ternyata Muhamad dan pasukannya dikalahkan dan para pengikutnya lari ketakutan. Muhammad mencoba untuk memberikan penjelasan meyakinkan atas Perang Uhud yang memalukan. Rakyat bertanya: Dimanakah tuhan dari Muhammad? Dimanakah 20.000 malaikat yang dijanjikan untuk berkelahi membela mereka? “Dimanakah mereka berada, Muhammad?” Teriak Sa’d Ben, yang terluka parah selama perang. Para pendiri Islam berkumpul mengelilingi pemimpin mereka dan bertanya kepadanya: “Abu Kasem (itulah nama yang digunakan sahabat-sahabatnya untuk memanggilnya), apa yang akan kita lakukan? Sekarang Al-Ansar (sekutu) tidak akan mempercayai kita lagi.”
Muhammad meminta anak buahnya waktu sejenak untuk mendapatkan sebuah jawaban. Dan “jibril” sudah siap. Namun kali ini kaum Al-Ansar tidak akan bisa diyakinkan hanya dengan satu ayat, sehingga enampuluh satu ayat diturunkan dan menjadi bagian dari sebuah Surat!9 Perang Uhud telah menyebabkan mereka kehilangan 70% dari semua yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Muhammad dan para pengikutnya memutuskan untuk kembali merampok setelah ada gencatan senjata dengan kaum Quraishi selama sepuluh tahun. Waktu ini dimanfaatkan Muhammad untuk membangun kekuatannya kembali dengan perampokan harta dan senjata karavan-karavan yang berkeliling. Pada tahun keempat dari Hijrah,10 dia berhasil menyerang Dabeeb dan Ber Ma’ouna; juga beberapa orang kaya termasuk orang-orang Al-Nadir (yang dikenal dengan Banu Nadir). Tentunya apa yang dilakukan terhadap orang-orang Al-Nadir menjadi halal bagi kaum Muslim, yakni, merampok kaum kafir, memperkosa dan mengambil istri-istri mereka sebagai tawanan.
Karena Al-Ansar bersungut mengenai apa yang dilakukan Muhammad terhadap Al-Nadir, Surat 59 Al-Hashr (Pengusiran) diturunkan untuk menghentikan semua pertikaian. Sepertinya tuhannya menjadi begitu bermurah hati dengannya sehingga dia tidak hanya mengirimnya hanya satu ayat seperti sebelumnya, tetapi sekarang sebuat surat penuh turun untuk membenarkan tindakannya!? Inilah model tuhannya Muhammad!?
Affair antara Aisyah dan Safwan
Muhammad berhubungan intim dengan Aisyah, pada saat dia berumur sembilan tahun. Pada umur itu, seorang gadis muda tidak sepenuhnya sadar mengenai apa yang terjadi pada dirinya secara seksual. Disamping itu, dia tidak memiliki perasaan dewasa yang membedakan antara seorang laki-laki dengan yang lainnya, dan ke arah mana perasaannya ditujukan. Namun, ketika Aisyah bertambah umur, perasaannya juga bertambah dewasa.
Lihatlah kejadian di seputar pertumbuhan kedewasaannya.
Pertama, pada saat penyerangan terhadap kaum Al-Miraysi, Muhammad agaknya tidak cukup sabar untuk pulang ke rumah, hingga ia meminta Aisyah untuk menemaninya. Dengan kata lain, ketika anak buahnya sedang menyerang, merampok dan mencuri, sang nabi sedang berada dalam tendanya berhubungan intim dengan Aisyah.
Kedua, ketika sahabat-sahabat Muhammad mengambil wanita suku Al-Mustaliq, mereka mempertontonkan wanita-wanita tahanan. Diantara mereka adalah Juwairiyyah bint Al-Haris, yang sangat cantik dan Muhammad ingin menikahinya. Tetapi karena dia merupakan bagian rampasan perang dari Thabit bin Qais, Muhammad menawarkannya banyak uang, untuk membeli wanita itu bagi dirinya. Transaksi tersebut bahkan terjadi saat Aisyah sedang bersamanya di dalam tendanya.
Apakah reaksi dari Aisyah? Aisyah meninggalkan untanya ketika kelompok tersebut mendekati kota, dan dia masuk ke dalam salah satu rumah yang kosong. Setelah tujuh jam, dia kembali bersama Safwan bin Al-Mu’attal,11 dengan banyak orang melihat mereka memasuki Medinah. Ketika gosip menyebar mengenai Aisyah dan Safwan, Muhammad sangat yakin bahwa dia telah menghianatinya, sehingga dia meminta nasihat dari Ali. Nasihat Ali adalah untuk menceraikan ataupun membunuhnya. Muhammad memutuskan untuk menceraikannya, dan Ali yakin akan keputusan Muhammad itu. Namun, satu bulan penuh telah berlalu, ketika orang-orang masih membicarakan perselingkuhan antara Safwan dan Aisyah, dan Muhammad belum juga menceraikannya ataupun mengambil sikap kepadanya. Dia memang pergi kesana dengan tujuan untuk menceraikannya. Tetapi ketika dia memasuki rumah Abu Bakar dan saat dia melihat Aisha, dia berubah pikiran, dan berkata, “Wahai Aisyah, Allah telah mendukungmu.” Tentunya, “jibril” sudah siap menurunkan sebuah ayat yang menyaksikan pembelaan untuk Aisyah12
Tidak lama kemudian, Ali melihat kejadian tidak senonoh dari Aisyah, sehingga dia mengatakannya kepada nabi: Kali ini, Muhammad memutuskan bahwa Aisyah harus dibunuh. Dia pergi kepadanya dengan Ali, dan dengan pedangnya, siap untuk membunuhnya. Muhammad memasuki rumah dan Ali menunggu di luar, tetapi Muhammad keluar satu jam kemudian, berkeringat dan keletihan. Ali bertanya kepadanya: “Apakah kamu membunuhnya, Sepupu?” Muhammad menjawab, “Tidak Ali. Sebuah ayat turun dari Allah untuk membenarkannya lagi.”
Tetapi kali ini lain, ayat tersebut menuduh Ali yang berbohong, dan mengatakan bahwa gosip tersebut berasal dari “kelompok diantara kamu.”13 Sejak hari itu, Ali memusuhi Aisyah dan Aisyah memusuhi Ali, Padahal mengenai Ali, Muhammad mengatakan, “Dia adalah sepupuku dan saudara yang menebus nyawaku. Dia adalah kebenaran, dia adalah Ali bin Abu Talib.” Tetapi tuhannya Muhammad kini berbalik dan menuduhnya berbohong kepada Ali, demi menyelamatkan kisah Aisyah...
Surat Pewarisan14
Pertikaian keluarga, antara Muhammad dengan Ali menyebabkan dihapusnya Surat Pewarisan, yang seyogyanya menurunkan kekalifahan kepada Ali oleh Muhammad. Harap catat: pendukung Ali (kaum Syiah) tetap mempertahankan keberadaan Surat-Pewarisan dan membacakannya dari dalam Al-Qur’an mereka hingga kini. Ketika Kalifah ‘Utsman mengumpulkan Al-Qur’an, dia menolak untuk memasukkan Surat tersebut dan menuntut untuk menghapuskannya. Tetapi surat itu masuk dalam salinan Ibn Mas’ud dari Al-Qur’an dan terdapat di dalam Al-Quran yang dibaca oleh rakyat Iran dan semua orang Syiah pada umumnya. Mereka berjumlah sekitar 40% dari semua orang Muslim. Sehingga, Al-Quran yang dibaca oleh kaum Syiah berjumlah 115 surat, sedangkan Al-Qur’an yang dibaca oleh kaum Sunni berjumlah 114 surat. Perbedaan ini menimbulkan sebuah pertikaian penting yang terjadi setelah serangan Muraisa, dalam tahun kelima Hijrah.
Akar-akar Terorisme dalam Al-Qur’an
Peristiwa seperti ini adalah mirip dengan perkawinan Muhammad dengan Juwairiyyah bint Al-Haris, yang terjadi ketika nabi membunuh ayah dan suaminya yang ditawan, lalu mengawini sang istri. Aisyah menjawab perilaku Muhammad ini dengan mengkhianatinya sebagaimana dikutip di atas.15 Di sini, saya hanya mempersoalkan sebuah pertanyaan klasik: Apakah itu adalah perilaku dari seorang nabi yang diutus Tuhan? Sangat jelas bahwa Islam berkembang dilandasi dengan banyak darah tertumpah. Dimulai dengan perampasan, pembunuhan, pencurian dan perampokan karavan-karavan kaum Quraishi yang datang dari Damaskus ke Mekah. Kemudian berlanjut dengan menyerang kaum Yahudi, baik itu di Khaybar maupun di Medina, dan kaum Nasrani di Medina dan Taif juga tidak luput dari pembantaian.
Kaum Muslim hingga kini mengikuti langkah-langkah Muhammad, sebagai pendiri Islam. Itu sebabnya, hari ini kita menyaksikan para Islamist di Mesir merampok gereja-gereja dan toko-toko orang Kristen, membunuh mereka tanpa perasaan. Di Aljazair, Muslim fanatik telah membunuh orang-orang tidak berdosa tanpa pertanyaan, Muslim maupun non-Muslim, hanya karena merasa ada pihak-pihak yang menentang agenda politik dan agama Islam. Kenapa mereka harus ragu melakukan hal-hal ini jikalau nabi mereka membiarkan dan memimpin aksi-aksi yang menjijikan ini? Aksi-aksi terorisme dan intimidasi Muhammad telah didokumentasikan dalam biografi-biografi Islamic yang terbaik tentang sepak-terjang Muhammad (sebagai “pahlawan perjuangan”).
Orang-orang harus mengerti bahwa Muhammad telah menjadi contoh bagi umat Muslim di dunia Timur maupun Barat.
Kisah Rihana bint Amro
Ketika tangan dan baju Muhammad masih berlumuran dengan darah orang-orang Bani Quraiza, Muhammad memerintahkan para tahanan wanita dipajang di hadapannya. Seperti biasanya, Muhamamd memilih untuk dirinya wanita yang paling cantik. Kali ini pilihannya jatuh pada seorang wanita yang suaminya dan ketiga saudara laki-lakinya dan seluruh keluarganya telah diperintahkan untuk dipenggal kepalanya di depan matanya. Nama wanita itu adalah Rihana bint Amro. Muhammad berkata kepadanya, “Daripada menjadi budakku, saya akan membebaskan kamu dan menikahimu.” Ia menjawab: “Lebih terhormat bagiku untuk menjadi budakmu daripada menjadi istri seorang penjagal manusia.” Dia kemudian meludahinya dengan harapan agar sang nabi besar itu akan memerintahkan dirinya untuk dibunuh. Tetapi ternyata Muhammad tidak membunuh wanita cantik. Melainkan, dia menyimpannya sebagai seorang budak dan berhubungan intim dengannya sementara kaki dan tangan wanita itu terikat.16
Allah seperti apa yang akan mengirim seorang nabi yang bajunya masih berlumuran darah sembilan ratus orang, dan mencari kepuasan seksual dengan seorang wanita yang lebih memilih menjadi budak dan kematian, daripada menjadi “istri dari seorang penjagal manusia.”
Tentu saja kaum Yahudi sejak itu mewarisi kebencian terhadap Muhammad dan para pengikutnya. Dan mereka masih mengingat betapa banyak pembunuhan dan penyiksaan yang dia lakukan terhadap nenek moyang mereka dari Bani Quraiza.
Terorisme hari ini bukan datang tiba-tiba, bukan pula temuan metode baru! Muhammad telah memberi patron terbaik untuk sebuah teror dan intimidasi dengan penutup jubah perjuangan demi agama Allah.
Kisah Fatimah bint Rabi’a
Fatima bint Rabi’a adalah wanita dipakai sebagai contoh karena harkat dan martabatnya. Dia menolak untuk mengakui Muhammad sebagai seorang nabi, malahan mengutuknya. Dan Muhammad, nabi yang dianggap pengampun, ternyata tidak melupakan orang ini. Ketika Muhammad menginvasi suku Bani Fazara, dia membunuh sebagian besar rakyatnya tetapi mengambil Fatimah bint Rabi’a sebagai tawanan bersama dengan anak perempuannya. Muhammad memerintahkan agar Fatimah itu disiksa, sebagaimana yang ditulis oleh Al-Athir dalam buku-nya.17 Dan apa yang ditulisnya? O, tidak terucapkan (!), yaitu wanita tersebut yang adalah nenek tua yang berusia 70 tahun itu, harus menghadapi Muhammad yang memerintahkan satu dari budak yang cacat fisik untuk memperkosa anak perempuan dari si nenek tersebut di depan dirinya!
Setelah budak tersebut selesai melakukan perbuatannya yang najis, Muhammad masih memanggil Zayd bin Haritha dan memerintahkannya untuk menuntaskan pembunuhan terhadap Fatimah, walaupun banyak orang meminta pengampunan untuk dirinya. Al-Tabari menulis: “Muhammad memerintahkan Zayd bin Haritha untuk membunuh Fatimah, yang dikenal sebagai Umm Qirfa. Dia membunuhnya dengan sadis yaitu dengan cara mengikat kedua kakinya dengan dua tali yang diikat pada dua unta. Dia memaksa unta tersebut berlari ke arah yang berlawanan sehingga perempuan itu robek menjadi dua bagian.”18
Betapa menjijikkan pembunuhan itu! Tuhan manakah yang dapat mengilhami seseorang untuk melakukan hal tersebut, dan tetap harus disebut sebagai Tuhan yang ”Maha Pengasih dan Maha Penyayang?” Bagaimana Muslim bisa mempercayai bukan saja kebohongan dan kepalsuan Muhammad, tetapi juga kekejamannya?! Jangan lupa bahwa kekejaman seperti itu berkali-kali dilakukan dalam setiap kesempatan sehabis perangnya Muhammad.
Betapa jauhnya perbuatan nabi besar itu dari ajaran Yesus dari Nazaret, yang rela mengampuni mereka yang mengolok bahkan menganiaya dan menyalibkan diriNya, dan yang dibalas oleh Yesus dengan meminta pengampunan atas dosa mereka kepada Bapa-Nya.
Tambahan Kisah Safiyah bint Huyay
Kisah yang baru saja Anda baca tidak berbeda dengan kisah Kinana bin Al-Rabi’a, yang menjadi tawanan pada serangan Khaibar. Muhammad bertanya mengenai letak hartanya yang disembunyikannya. Sebagai jawabannya, Kinana sekaligus kehilangan semua kekayaan yang tersimpan.
*[Muslim selalu mendalilkan motif Nabinya disini berperang melawan kafir Yahudi, tetapi lihatlah betapa kasat mata motif sejatinya adalah perampokan.]
Muhammad kemudian memerintahkan untuk membawa Safiyah, istri Kinana, dan menyaksikan bagaimana suaminya diikat, dilepaskan bajunya, dan di capkan dengan besi kepada bagian-bagian tubuh Kinana yang sensitif. Safiyah didudukkan dipangkuan Muhammad, dipaksa untuk menonton suaminya disiksa. Setelah penyiksaannya, Muhammad memerintahkan agar Kinana dipenggal dengan pedang dimuka umum, kemudian menikahi istrinya!
Bila hal seperti itu terjadi pada nabi selain Muhammad, kaum Muslim akan mengutuki: “Nabi binatang!” atau “Setan alas!” Coba periksalah semua perilaku para nabi satu persatu tanpa pembelaan buta: Bisakah perilaku seperti itu bagian dari perilaku nabi Tuhan yang sejati?
Beberapa kaum Muslim mungkin akan mengatakan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut adalah palsu terhadap rasul mereka. Saya menjawab: Saya berharap dari lubuk hati saya bahwa itu adalah tuduhan palsu, tetapi kebenaran selalu pahit. Saya mengetahui ini dari pengungkapan fakta-fakta yang diplintirkan, juga dari pengalaman pribadi, karena saya merasakan sendiri kepahitan yang sama dari ajaran dan tindakan-tindakan nabi dan tuhannya Islam, saat saya menemukannya sendiri. Mengerikan, sangat mengerikan, untuk menghubungkan Tuhan yang Suci dan Murni dengan kejahatan dan tipu daya palsu, sementara Tuhan sejati sama sekali tidak bersalah atas ucapan dan tindakan-tindakan Muhammad.
Tipu daya Muhammad berhasil karena kebodohan orang Arab di zaman kebodohan. Bagaimana tipu daya ini bisa diterima oleh orang-orang terpelajar pada abad ke 21, dimana ilmu pengetahuan menyediakan begitu banyak fakta dan pencerahan?
Ikuti Muhammad atau Mati
Ketika Amr bin al-Aas tiba di Yaman untuk memaksa rajanya membayar upeti jika dia tidak memeluk Islam, sang raja bertanya kepadanya: “Bagaimanakah semua kaum Quraishi menjadi Muslim?” Al-Aas menjawab:
“Kaum Quraishi mengikuti Muhammad karena mereka mempunyai keinginan untuk memeluk Islam atau karena mereka takut sebab mereka dikalahkan dengan pedang. Dan sekarang kamu adalah satu-satunya yang tersisa (yang bukan Muslim). Jika kamu tidak memeluk Islam hari ini, kuda-kuda akan berlari di atasmu dan rakyatmu. Peluklah Islam dan kamu akan hidup dalam kedamaian dan kuda-kuda serta penunggangnya tidak akan menyerangmu.”
Dengan kata lain, pilihannya hanya Islam atau mati. Ikuti Muhammad atau mati – sebuah pilihan perbudakan dan sebuah taktik teroris yang teramat keji, rancangan Muhammad Utusan Allah. Ibn Ishaq menulis:
“Utusan Allah mengirim Khalid bin Al-Walid kepada bin Al-Haris, untuk disampaikan kepada suku Najran, yang beragama Kristen dan berkata kepadanya: Jika kamu memeluk Islam dan membayar zakat, kamu akan diterima; jika kamu bilang tidak, aku akan membunuhmu dengan pedang.” 19
Suku tersebut mengirim beberapa orang dari Al-Haris kepada Utusan Allah dengan patuh. Apa yang dikatakan Utusan Allah kepada orang-orang tersebut? “Jika kamu tidak memeluk Islam, aku akan memenggal kepalamu di bawah kakimu!”20
Teror dan mental terorisme tidak hanya didemonstrasikan dalam tindakan-tindakan Muhammad, tetapi juga dicatat sebagai pewahyuan dari Allahnya dalam Al-Qur’an, yang mendukungnya untuk menteror, membunuh dan menumpahkan darah orang tidak berdosa.
Surat 4:74 mengatakan: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barang-siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenang-an maka kelak akan Kami (Allah) berikan kepadanya pahala yang besar.”21
Surat Muhammad mengatakan: “Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka pancunglah batang leher mereka. Sehingga kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berhenti.”22
Surat Al-Anfal 8:60 mengatakan: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang kamu menggetarkan (teror) musuh Allah, musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.”
[Surat 33:26 mengatakan, ”...dan Dia memasukkan rasa takut (teror) kedalam hati mereka. Sebagian kamu bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan”]
Kasih versus Teror
Teror jelas-jelas diperintahkan Allah, untuk ditanamkan ke dalam hati para musuh Islam. Maka Islam adalah tempat subur untuk menggunakan teror dan terorisme sebagai alat untuk menaklukkan keimanan seseorang.
Saya percaya, kebenaran sejati yang datang dari Surga tidak membawa pedang, ataupun memerintahkan pertumpahan darah orang tidak berdosa. Surga menyatakan: “Kasihilah musuhmu.” Dia tidak mengatakan, “Jagallah musuhmu.” Surga mengatakan: “Berkatilah mereka yang mengutukmu.” Tidak mungkin Surga mengatakan: “Wahai Nabi, kobarkanlah semangat para mu’min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus diantaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.”23
Surga yang mengampuni berkata: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.24
Tetapi Surga tidak akan menghasut dan menyombong: “Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi amal-amalmu.”25
Penyebaran Islam setelah Muhammad juga dicapai dengan ujung pedang, seperti yang digambarkan dalam bendera mereka. Ibn Al-Asam Al-Garhami mengatakan di dalam bukunya Tales of Battles bahwa jumlah orang yang terbunuh dari awal panggilan kenabian Muhammad hingga kematiannya melebihi 30,000 jiwa. Dan mereka yang menemui ajalnya oleh pedang Islam dari awal pendirian Islam hingga 1250 Hijrah (sekitar tahun 1750 Masehi) mencapai sekitar sepuluh juta jiwa. Di Spanyol sendiri, kaum Muslim membunuh lebih dari 1.5 juta jiwa dari abad ke-8 Masehi hingga mereka diusir dari Spanyol pada tahun 1492.
Perang antar Muslim: Pembunuhan Utsman bin Affan
*[Muhammad memberlakukan pedang dan menghalalkannya terhadap kafir. Ia mungkin tidak sadar akan firman Yesus yang mengatakan sebaliknya, “Siapa yang menggunakan pedang akan binasa oleh pedang” (Mat.26:52). Pedang disini tentu “pedang” dalam arti luas tentang kebrutalan, pembunuhan, dan pertumpahan darah. Dan benarlah, ternyata pengembangan Islam yang mengandalkan pedang berbalik menjadi korban pedang itu juga di kalangannya. Kenapakah Muslim tidak me-renunginya serta menganalisa dan memastikan sejarah intern Islam itu sendiri?]
Kejadian yang paling tepat menggambarkan “pedang makan tuan” adalah fakta pembunuhan terhadap penerus-penerus Muhammad (yakni para Kalifah) dan pemimpin-pemimpin Muslim oleh kalangan Muslim sendiri. Salah satu diantaranya adalah Utsman bin Affan, Khalifah ketiga yang menyumbangkan 10,000 dinar kepada Muhammad, ketika dia pertama kali mulai menyebar-luaskan panggilan kenabiannya. Al-Halabi menulis tentang dia:
“Utsman bin Affan datang dengan uang sepuluh ribu dinar dan meletakkannya di dalam tangan dan dada Muhammad. Muhammad mulai mengambil uang tersebut, memeriksanya, membalik-balikannya ke setiap arah dengan hati-hati dan gembira sambil berkata, ‘Semoga Allah memberikan pengampunan atas semua dosamu, yang tidak diketahui dan yang diketahui oleh umum, Wahai Utsman. Semoga Allah memberikan kepadamu pengampunan untuk apa yang kamu lakukan di hari kemarin dan apa yang kamu lakukan di hari esok hingga hari pengangkatan. Tidak akan ada sesuatu apapun yang dilakukan Utsman yang akan melukai dirinya mulai hari ini.”26
Penulis-penulis Islam sendiri memberikan kita banyak penjelasan mengenai pembunuhan terhadap diri Utsman. Dua orang Muslim yang berpengaruh, Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir, datang ke hadapan Utsman ketika dia sedang membaca Al-Qur’annya Muhammad. Mereka menyiksanya kemudian membunuhnya. Mereka juga menginjak jenggotnya dengan sepatu mereka – sebuah tanda penghinaan besar. (Jangan lupa bahwa Utsman adalah salah satu dari 10 pembawa kabar baik yang berkhotbah tentang Surga. Dia juga adalah orang yang telah diberikan kepastian oleh Muhammad bahwa semua dosanya, yang lalu dan yang akan datang, akan diampuni, setelah dia membayar 10.000 dinar.)
Ironisnya, dia dibunuh oleh seorang pembawa kabar baik lainnya, Ammar bin Yasir, yang berasal dari sebuah suku yang disiksa oleh kaum Quraishi karena Muhammad. Dengan demikian, seperti ucapan Muhammad, bukankah yang membunuh dan yang dibunuh sesama Muslim akan masuk ke dalam api neraka? Apakah Utsman benar-benar pergi ke Surga hanya karena sepuluh ribu dinar yang dia sumbangkan kepada Muhammad, karena ia memang dijanjikan Surga? Apakah Ammar bin Yasir, salah satu dari pembawa kabar baik tentang Surga – tetapi yang membunuh sesama orang Muslim – pergi ke Surga? Apakah kaum Muslim memikirkan hal-hal ini? Apakah Utsman dan Ammar pergi ke surga atau ke neraka? Menurut Muhammad, mereka pergi ke surga. Tetapi juga menurut Muhammad mereka pergi ke neraka! Faktanya, Kalifah ketiga ini dibunuh oleh Ammar dan anak dari Khalifah pertama.
*[Muhammad sendiri tidak luput dari hukum “pedang berbalas pedang”. Ia kena racun dari perempuan Yahudi yang ditawannya di Khaibar, dan Allah tidak menghindarkan atau memunahkan racun itu dari padanya, seperti yang diakui oleh Anas bin Malik: ”Saya selalu mengetahui pengaruh racun itu dalam kerongkongan beliau (HS Bukhari 1220). Aisyah menyaksikan betapa Muhammad menderita, bukan hanya karena sakit keracunan makanan tersebut di saat-saat kritisnya, ”Hai Aisyah! Saya senantiasa merasa pedih makanan (racun) yang saya makan di Khaibar. Itulah waktunya saya merasa tali jantung saya putus karena racun itu”; Tetapi harapan dan permohonannya untuk keselamatan dirinya di akhirat juga tidak menentu, karena tidak ada tanda-tanda dijawab lagi oleh Jibril maupun Allah. Muhammad hanya bergumul sendirian dengan maut. Ketika seseorang siap-siap menghembuskan nafas terakhirnya, ia akan melepaskan segala atribut ke-egoannya dan dengan kata-kata terakhir ia mengakui dengan sepenuh kejujuran. Dan itulah yang juga terjadi pada diri Muhammad, yang berkata: “Wahai Tuhan! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkan saya dengan Teman yang Mahatinggi... Lalu beliau mengangkat tangannya sambil mengucapkan: “Teman Yang Maha Tinggi”. Lalu beliau wafat dan rebahlah tangan beliau.” (HSB.1570, 1573, 1574). Tak bisa lain lagi, Muhammad harus dengan jujur meninggalkan dua kebenaran diujung napas terakhirnya: (1). Bahwa ia adalah orang berdosa yang perlu diampuni. Dan (2) bahwa ada satu sosok baru yang disembunyikannya selama ini, yaitu, ”Teman Yang Maha Tinggi” yang akan mengadilinya di hari pengadilan.]
Perang suci yang dimaksudkan, dalam bahasa Arabnya adalah:
BalasHapusAl Jihad fi sabililah, usaha keras untuk menyiarkan agama
Islam dan mempertahankannya terhadap orang-orang yang
melakukan agressi." Dokumen Vatikan meneruskan
keterangannya: "Al Jihad bukan "kherem" yang tersebut dalam
Injil. Jihad tidak bermaksud untuk memusnahkan orang lain,
akan tetapi untuk menyiarkan hak-hak Tuhan dan hak-hak
manusia di negeri-negeri baru."
http://media.isnet.org/islam/Bucaille/BQS/Konsili.html
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
Penulisnya adalah anjing kafir,bertaubatlah sebelum Allah melaknatmu!kalau tidak percaya tunggu saja kematianmu!kalau mau berdebat lihat debetnya zakir naik,lihat berapa ribu orang orang kristen,termasuk pendeta dan pastur yg masuk islam atas kesadaran sendiri tanpa di iming2 i supermi.lakum dinukum waliyadin,bagiku agamaku dan bagimu agamamu.sak karebmu,islam tidak memaksa kamu masuk islam.innaddina indallahil islam,agama yang sempurna dan benar adalah islam.coba fikir masak tuhan mati di salib?masak tuhan mati!nabi adam lahir tanpa ayah dan ibu kenapa tidak kamu anggap anak tuhan?pelajarilah Al quran sebelum kamu menjelek2kan islam!
HapusPerang suci yang dimaksudkan, dalam bahasa Arabnya adalah:
BalasHapusAl Jihad fi sabililah, usaha keras untuk menyiarkan agama
Islam dan mempertahankannya terhadap orang-orang yang
melakukan agressi." Dokumen Vatikan meneruskan
keterangannya: "Al Jihad bukan "kherem" yang tersebut dalam
Injil. Jihad tidak bermaksud untuk memusnahkan orang lain,
akan tetapi untuk menyiarkan hak-hak Tuhan dan hak-hak
manusia di negeri-negeri baru."
http://media.isnet.org/islam/Bucaille/BQS/Konsili.html
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
jikalau islam itu teroris, lihatlah sejarah penaklukan jerusalem oleh saladin dan penaklukan konstantinopel oleh sultan mehmet 2, dan banyak hal2 ganjil tentang penangkapan osama binladen dan peledakan gedung wtc, semua itu rekayasa bung, harusnya osama bisa di tangkap hidup2 knapa hrs di bunuh?
BalasHapustu ceritan ngayal,,
BalasHapusjlas rosulullah dalam sejarah hanya sekali bunuh org