Minggu, 27 September 2009

Bab 5 - Al-Qur’an Wahyu Allah atau Ciptaan Manusia?

Tuan Qasim, guru agama saya dulu di Mesir tempat saya dilahirkan, – seperti halnya dengan semua para Imam dan Syeik – menyatakan bahwa mujizat yang dilakukan oleh Muhammad adalah penulisan Al-Qur’an. Mereka mengaku bahwa Al-Qur’an adalah tulisan yang paling indah dengan retorika yang paling baik yang pernah ditulis, karena berasal dari surga dan bukan ciptaan manusia. Al-Qur’an sendiri, dalam salah satu ayatnya menantang siapapun untuk menghasilkan sebuah karya mirip Al-Qur’an, atau bahkan yang mirip dengan salah satu suratnya yang mana saja. Dr. Badawi, seorang guru agama mengatakan, “Al-Qur’an adalah buku surgawi terakhir dan Muhammad adalah nabi terakhir dan penutup nabi-nabi sebelumnya.”

Apakah pernyataan-pernyataan manusia ini benar? Saya dulu biasanya memutlakkan Al-Qur’an dan saya adalah penggemar dari Sheikh Abdul Baset1 yang sering melantunkan Al-Qur’an, dan yang suaranya sangat saya nikmati. Saya yakin, sebagaimana yang diyakini oleh semua orang Muslim, bahwa Al-Qur’an adalah buku dari surga, dan bahwa Islam, pada umumnya, adalah penutup dari semua agama, yang turun dari Surga. Tetapi sebuah bisikan menghampiri saya dan memperingatkan saya: “Bacalah dengan mendalam. Baca dan pahami ayat-ayatnya, maknanya, dan apa yang terkandung di antara mereka.” Saya mulai membaca dan apakah yang saya temukan?

Penjiplakan Quranik
Saya membaca dan merenungi Al-Quran dan juga Alkitab, dan saya menemukan banyak penjiplakan dengan penggeseran. [Tidak seperti para “Ahli Kitab”, banyak Muslim belum tahu bahwa banyak ayat dari Al-Qur’an diambil dari Alkitab, dengan sejumlah penambahan pengurangan, dan perubahan, besar atau kecil.] Contoh, Al-Qur’an menetapkan untuk semua orang Muslim, kewajiban untuk membayar 2.5% zakat.2 Hal itu menjiplak Perjanjian Lama yang ditetapkan bagi orang Yahudi untuk membayar 10% dari pendapatan tahunan mereka. Berpuasa, kiblat shalat, barang haram dan halal dan lain lain di dalam Al-Qur’an, juga dijiplak dari Alkitab dengan beberapa modifikasi. Semua ini bukan sesuatu yang baru, tapi sudah ada dikalangan Israel!

*[Malahan penjiplakan dengan perubahan arah kiblat, angka zakat, dan bobot haram-halal, jelas-jelas menciptakan pertanyaan kenapa Allahnya Muhammad sesukanya mengubah hukum Tuhan dari para nabi selainnya, setelah ribuan tahun itu diberlakukan dengan baik-baik? Lihat pula kisah kejadian alam semesta, keberadaan 7 surga dan neraka, sosok sejarah seperti ratu Sheba (Balqis), Nimrod, kisah nabi-nabi, kejadian Yahya dan Isa beserta mujizat-mujizatnya, hingga kepada penghakiman akhir zaman, semuanya itu tak lain tak bukan hanyalah “retelling stories” dengan banyak penyimpangan, pengacakan, dan pengaburan fakta sejarah, sambil menyisipkan fiksi-fiksi, sehingga semuanya justru tidak jelas dan tidak masuk akal.]

Mujizat Al-Qur’an?
Tentang “keajaiban” Al-Qur’an. Apakah ini berarti Al-Qur’an tidak mempunyai kesalahan, baik itu secara gramatikal, sejarah ataupun Qur’aniah - dirinya, dan tidak seorangpun yang sanggup menulis sesuatu yang menyerupainya? Saya dulu memang selalu menantang para pengikut agama-agama lain untuk mencari kesalahan di dalam Al-Qur’an yang saya cintai. Tetapi beberapa teman dekat mengatakan kepada saya untuk membacanya dengan lebih seksama dan mendalam agar saya dapat mencari tahu sendiri. Saya melakukannya dan saya terkejut karena menemukan begitu banyak kesalahan gramatikal dan kesalahan sejarah. Kita tidak mau bertele-tele disini, kecuali hanya tampilkan satu-dua gelintir kekonyolan wahyu sebagai contoh.

Laki-laki vs. Perempuan; Bentuk Tunggal vs.Jamak; Subyek vs. Obyek.

Dalam Surat Al-A’raf di bawah ini,3 Muhammad merujuk kepada bentuk wanita (feminin), padahal bentuk yang sebenarnya merupakan bentuk laki-laki (maskulin). Kemudian dia menulis dalam bentuk jamak (plural) padahal seharusnya dalam bentuk tunggal (singular)



Pada ayat berikutnya, dari Surat At-Tauba,4 dia keliru mengeja dalam bentuk tunggal yang seharusnya ditulis dalam bentuk jamak



Muhammad juga terlanjur meletakkan bentuk subyek yang seharusnya berbentuk obyek, begitu juga sebaliknya – sebuah kesalahan yang tidak termaafkan dalam bahasa Arab, seperti yang ditulis dalam Surat Al-Hajj5



Dalam Surat Al-A’raf 7:56, kesalahan gramatika yang konyol juga terjadi, dimana bentuk laki-laki (yang derajatnya dalam Islam lebih tinggi) tertukar dengan bentuk perempuan yang berderajat lebih rendah:


Al-Suyuti mengatakan: “Tidaklah dibenarkan, bagi semua orang, untuk membaca Al-Qur’an tanpa membacanya dalam bahasa Arab; sekalipun pembacanya tidak pandai membaca dalam bahasa Arab.”

Dia mengatakan ini karena kebanyakan sarjana Muslim setuju bahwa menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa lain akan menghilangkan banyak makna asli dan keindahannya serta nilai linguistiknya.

*[Tentu saja itu bukan monopoli Al-Quran, melainkan secara umum gejala seperti itu berlaku untuk semua “bahasa-ibu”, apalagi yang berujud prosa-lirik ala Al-Quran. Namun dalam perkembangan linguistik itu sendiri, entah dalam bahasa apa saja, akan menipiskan kekentalan nuansa aslinya yang selalu bergeser lewat waktu. Namun masalahnya menjadi lain ketika hal yang bersifat relatif itu hendak dimutlakkan dengan dalil bahwa membaca Al-Qur’an atau bershalat dalam bahasa lain dinyatakan oleh para ulama Islam sebagai tidak sah, atau tidak diridhoi Allah, atau tidak berpahala selain dalam bahasa Arab! Bahkan pelaku-pelakunya dihajar!]

Kita harus bertanya:
“Apakah Allah adalah tuhan bagi orang-orang Arab saja?”
“Apakah dia bukan Tuhan bagi semua orang?”
“Apakah Allah tidak berbicara dalam bahasa lain selain dalam bahasa Arab saja, seperti yang Muhammad katakan beberapa kali dalam Al-Qur’an?”
Walau sejak dunia diciptakan hingga saat ini, keseluruhan manusia yang bisa berbicara dalam bahasa Arab hanya seporsi kecil saja, namun Muhammad berkata: “Cintailah Arab untuk tiga alasan: karena aku adalah orang Arab, karena Al-Qur’an diturunkan kepada kita dalam bahasa Arab,6 dan karena bahasa yang akan digunakan oleh orang-orang di sorga adalah bahasa Arab.”7

Namun lucunya, Nabi Arab ini juga mempertentangkan pernyataannya di tempat lain dengan mengatakan: “Tidak ada perbedaan antara Arab dan bukan Arab kecuali dalam kesalehan.”8 Jika Al-Qur’an ditujukan bagi seluruh dunia, ia seharusnya datang dalam bahasa yang memang dapat diterjemahkan tanpa harus kehilangan makna dan nilai aslinya. Lebih jauh lagi, jika Al-Qur’an memang berasal dari Tuhan, ia seharusnya dapat diterapkan pada setiap generasi dan setiap tempat, tidak hanya untuk bangsa Arab dan hanya selama masa tertentu!
*[Apalagi sampai harus diganti dan dirubah ayatnya Allah dalam nasikh-mansukh.]

Alasan-alasan Lainnya yang Membingungkan
Ketika Al-Qur’an ditulis, ia tidak memiliki tanda-tanda yang diperlukan oleh huruf-huruf yang sangat penting dalam bahasa Arab9. Seorang Syeikh Islam, Ibn Taymiyyah,10 menulis:
“Sahabat-sahabat Muhammad tidak menaruh tanda atau penekanan pada huruf-hurufnya. Dengan demikian, kata tersebut dapat dibaca dengan dua cara yang berbeda, dan memiliki dua arti yang berbeda seperti :



Bukti ini – penulisan Al-Qur’an yang tanpa tanda-tanda – ditegaskan oleh Al Suyuti.11. Bahwa terdapat banyak kesalahan di dalam Al-Qur’an, telah diketahui dengan baik di antara para Muslim, dan tidak dapat dibantah oleh sarjana-sarjana mereka. Maka saya bertanya, “Tidakkah ‘Jibril’ menyadari pentingnya penekanan-penekanan dan tanda-tanda pada huruf-huruf ketika Al-Qur’an diturunkan?”

*[Bukankah dikatakan bahwa di setiap malam di bulan Ramadhan “Jibril” turun untuk me-review bersama Muhammad apa-apa yang sudah diturunkan kepadanya agar terkonfirmasi segalanya dalam kebenaran? Bahkan dikatakan Jibril telah mengunjungi Muhammad sebanyak 124.000 kali, atau hampir 20 x dalam sehari selama kenabian Muhammad? (lihat Wikipedia, kategori “Malaikat”). Lalu kenapa masih kelolosan banyak kerancuan dalam penandaan Al-Qur’an?] Kalau hal itu dikatakan sebagai keajaiban, kesempurnaan, dan yang terindah dari semua kitab, bukankan seharusnya bebas dari kesalahan yang memalukan?

Lama setelah Al-Qur’an ditulis, Abu Al-Aswad Al-Du’ali dan Saybubia (Khalil Ibn Ahmad) menyelesaikan pekerjaan yang tidak sempat dilakukan oleh ‘jibril’. Ketika peletakkan penekanan-penekanan dan tanda-tanda pada huruf telah diselesaikan oleh mereka, pertentangan pun terjadi di antara umat Islam; dan masih terus terjadi sampai hari ini: Al-Qur’an dapat dibaca dalam dua cara yang berbeda, dan kenyataan ini ditegaskan oleh para sarjana Muslim sendiri! Sebaliknya Muhammad mengakui bahwa Al- Qur’an dapat dibaca dengan tujuh cara berbeda (yang akan memberikan arti yang berbeda terhadap kata-katanya) sebagaimana yang dicatat dalam Hadits Shahih Bukhari dan Muslim.12 Dan masih banyak kesalahan lainnya yang tidak usah lagi disertakan disini.

Ketika saya masih kecil, saya bertanya kepada guru agama saya, mengapa (huruf) alif dihapus dari semua huruf-huruf dimana seharusnya ia ditempatkan. Dan guru saya tidak bisa menjawabnya, dan bahkan para sarjana Islam masih tidak memiliki sebuah jawaban. Apakah Jibril telah “memakan” huruf alif tersebut ketika ia mendiktekan ayat-ayatnya kepada Muhammad? Atau, huruf alif ini tidak terdapat dalam perbendaharaan Jibril? Jadi, apanya Quran yang dikatakan keajaiban yang terbesar?

*[Dan tidak cukup dengan itu, siapakah diantara Muslim yang tahu apa yang diturunkan oleh Jibril kepada umat Islam, dalam huruf atau ayat “Alif laam miim”(ayat awal dari surat 2, 3, 29, 30, 31, 32), atau “Thaa sin mim” (fawatih al-suwar, ayat awal dari surat 26 dan 28 dan lain lain total ada 29 surat?]

Al-Suyuti menulis: “Ayat awal dari semua surat adalah rahasia sehingga tidak seorangpun mengerti maksudnya kecuali bagi Allah” (lihat Al-Itiqan, Al-Suyuti, vol.3, p.29). Inikah ujud dari keajaiban Quran yang tak tertandingi? Dengan kesalahan gramatikal, sejarah, dan kalimat-kalimat tanpa arti? Bukankah itu hanya bualan tersendiri dari Muhammad untuk menantang orang-orang bodoh menciptakan satu surat sebaik semisal Quran?

Wahyu via Inspirasi Para Sahabat Muhammad?
Bukti menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu tak lepas dari ciptaan manusia. Kenyataan memperlihatkan banyak di antara ayat-ayatnya berasal dari para pendamping Muhammad dan istri-istrinya. Dengan demikian, apakah Abu Bakar dan Umar Al-Khattab juga merupakan nabi, atas partisipasinya dalam menulis Al-Qur’an? Mari kita lihat beberapa yang narasinya pendek saja.

Umar Ibn Al-Khattab
Abu Bakar bukanlah satu-satunya, masih ada yang lain yakni Umar ibn Al-Khattab mengatakan sebuah pernyataan bahwa “jibril” dengan segera menerima dan menurunkan kepada Muhammad.
Salah satu peristiwa yang disebutkan Al-Suyuti, menunjukkan bagaimana dan dari siapa wahyu Muhammad itu timbul:

“Seorang Yahudi bertemu dengan Umar Ibn Al-Khattab. Orang Yahudi itu beradu argumentasi dengan Umar dan mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa Muhammad bukanlah seorang nabi dan “jibril” yang berbicara kepadanya hanyalah musuh dari orang Yahudi. Umar menjawabnya, ‘Siapapun yang menjadi musuh Allah, dialah musuh para malaikat, para utusannya, Jibril dan Michael, karena Allah adalah musuh bagi orang-orang yang tidak percaya.’ Dan hanya selang dua hari, ucapan tersebut diturunkan menjadi ayat yang bisa kita temukan dalam Al Qur’an, Surat 2:98.”13

Zayd bin Thabit
Sebuah kisah lain diceritakan oleh Zayd, salah seorang dari para penulis wahyu Muhammad (Al Qur’an). Ia mengatakan:

“Muhammad menghampiriku lalu berkata, tulislah apa yang telah diturunkan kepadaku, ‘Mereka yang hanya duduk diam di dalam iman tidak dapat disamakan dengan mereka yang bertempur di jalan Allah.’ Di antara mereka pada saat itu, ketika ia sedang mendiktekannya kepadaku, ada Ibn Umm Kulthum, seorang tuna netra. Ia berkata kepada Utusan Allah, ‘Tetapi aku buta.’
Lalu Muhammad berkata kepada Zayd, ‘Tambahkan pada ayat itu, kecuali mereka yang cacat.’”14

Apakah itu merupakan pewahyuan yang turun dari surga atau nasihat spontan dari manusia? Saya serahkan kepada Anda untuk memutuskannya.
*[Masalahnya, hanya Muhammad seorang yang menyaksikan perkataannya sendiri sebagai wahyu! Dan itu dengan mengatas-namakan “Jibril”plus “Allah” yang kedua-duanya hanya diklaim. Sementara pewahyuan nabi-nabi sebelumnya hanya berurusan langsung dengan Tuhan sendiri (tanpa Jibril), kenapa Muhammad hanya berurusan dengan “Jibril” tanpa Allah? Maka dalam contoh diatas, tampak sekali klaim demikian mudah nyasar dari sumber tertingginya.]

Abd Allah bin Sa’d
Seorang penulis lain yang dipakai Muhammad adalah Abd Allah bin Sa’d. Ia kemudian meninggalkan nabi karena ia menemukan kenyataan bahwa tidak ada pewahyuan dan tidak ada “jibril.” Ia bersaksi demikian: “Muhammad sebelumnya selalu berkata kepadaku untuk menulis pada setiap akhir bagian: ‘Allah adalah penyayang dan adil’. Tetapi aku menulisnya dengan ‘pengampun dan penuh belas kasihan.’ Lalu Muhammad menjawab, ‘Itu sama saja.’”15

Akibatnya Sa’d meninggalkan Islam. Ia melarikan diri karena Muhammad mengancam akan membunuhnya setelah ia diberitahukan apa yang dikatakan oleh bin Sa’d: “Jika Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad, Ia tentu juga akan menurunkannya kepadaku. Ketika Muhammad berkata, ‘Allah mendengar dan mengetahui segalanya,’ aku menulis, ‘Allah maha mengetahui dan adil.’ Jawabannya seperti biasa adalah, ‘bin Sa’d, tulislah apapun yang kau kehendaki.’ ”

Menanggapi tuduhan Sa’d, ayat berikut ini kemudian diturunkan kepada Muhammad, Al-An’am 6:93: “Dan siapakah yang lebih zalim dari orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, “Telah diwahyukan kepadaku,” padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata, “Aku akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.”16

Seperti biasa, “jibril” selalu siap dengan sebuah ayat untuk membenarkan pemlintiran fakta dari Muhammad, ketika ia menumpahkan darah bin Sa’d yang hendak membuktikan kepalsuan nabi.

*[Tentu para pembaca dapat merasakan bahwa bin Sa’d – sebagai penulis wahyu bagi tuannya – tahu persis resiko apa yang bisa dijatuhkan kepadanya bila ia sesumbar menyaingi tuannya sebagai penerima wahyu pula. Tetapi karena itu bukan sesumbar bualan – melainkan fakta yang sebenarnya – maka ia kehilangan respek terhadap tuannya, tidak tahan menghadapi kepalsuan, dan barakhir nekad melontarkan fakta kebenarannya dengan resiko yang harus ditanggungnya!]

Umm Salamah
Umm Salamah, salah seorang dari istri-istri Muhammad, suatu ketika bertanya: “Wahai Utusan Allah, aku tidak pernah mendengar sosok wanita diucapkan selama masa Hijrah (menyingkirkan diri/ minggat ke Medinah).” Kemudian, ayat di bawah ini dengan mudahnya turun: “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman, “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan; karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.”17 Lalu Umm Salamah menambahkan:

“Wahai Utusan Allah, engkau hanya menyebutkan laki-laki tetapi tidak menyebut perempuan.” Seperti biasa, “jibril” sudah siap memberikan kepalsuan kepada Muhammad. Lihat ayat di bawah ini diturunkan jibril: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, …. dst.”18

Masih banyak lagi surat yang turun dari “jibril” untuk memuaskan istri-istri Muhammad dan teman-temannya.19

Aisyah
Suatu kali, Aisyah, istri yang dimanjakan oleh Muhammad, berkata: “Aku bersama dengan Utusan Allah ketika sebuah penyerangan sedang berlangsung. Ia seperti biasa melakukan hubungan intim denganku, setiap malam. Tetapi ketika pagi hari tiba, ia tidak menemukan air untuk mencuci untuk sembahyang. Aku berkata kepadanya, ‘Muhammad, bukankah kita terbuat dari pasir?’ Dan ia menjawab, ‘Ya, benar.’ Aku berkata, ‘Kalau begitu, mengapa bingung, engkau dan orang-orangmu membutuhkan air namun tidak menemukannya, sedangkan pasir selalu ada di sana. Gunakan saja pasir.’”

Seperti biasa, “jibril”-nya Muhammad turunkan ayat dengan segera20 yang mengijinkan penggunaan pasir (dalam bahasa Arab disebut, Al-Tayammum) sebagai persiapan untuk bersembahyang, sebagai pengganti air.21 Bagaimana pasir bisa membersihkan orang-orang yang akan bersembahyang, bukankah malahan akan menambah kotor? Bagaimana ucapan manusia (Aisyah sehabis sanggama) bisa bernilai wahyu dalam Qur’an?

Wahyu dari Pembantu?
Terhenti Karena Bangkai Anjing?
Manipulasi Muhammad dan tuhannya dan Jibrilnya tidak hanya terbatas pada hubungan-hubungan yang penting, tetapi meluas kepada hal-hal yang sepele. Sebagai contoh, ada satu kisah populer yang dipercaya ratusan juta Muslim, bahwa wahyu Muhammad bisa terputus karena bangkai anjing. Suatu hari sang nabi bertanya kepada pembantunya: ‘Mengapa, ya Khawla, “jibril” berhenti menurunkan ayat-ayat kepadaku?’ Khawla tentu tak bisa menjawab dengan kepastian. Tetapi tatkala ia bersih-bersih ruangan dan ketika ia membersihkan di bawah tempat tidur sang nabi, ia menemukan seekor anjing mati. (Dan Muhammad tidak mencium bangkai anjing yang telah mati selama beberapa hari di bawah tempat tidurnya? Dan kenapa seorang nabi bertanya kepada pembantunya tentang ruh “jibril” yang dinyatakan oleh Muhammad sendiri bahwa keberadaannya tidak bisa terjangkau oleh beliau, apalagi manusia lainnya (lihat Surat 17:85), bahkan apalagi ditanyakan apa sebab musabab wahyunya terhenti? Yang benar saja! Tetapi itulah hebatnya sang nabi, sebab setelah kamarnya dibersihkan, tuhannya Muhammad menurunkan Surat Ad-Duha 93:5.22 Pertanyaan yang sama-sama bodohnya: apa Jibril kalah terhadap bangkai anjing, atau kalah akal memilih ruang/ rumah lain (atau tempat lain diluar rumah) untuk menurunkan ayat-ayat Allahnya?
Kontradiksi dalam Al-Qur’an

Tersinyalir bahwa ada lebih dari 24% ayat-ayat Qur’an yang bertentangan satu sama lainnya. Beberapa contoh akan dibahas disini.
Yang “Menghapus dan Dihapuskan”

Kita akan mendiskusikan kontradiksi yang tak masuk akal didalam Al- Qur’an yang sekaligus merupakan praktek membahayakan dimana satu ayat Allah bisa diganti-gantikan dengan ayat lain dengan entengnya, seolah Allah ingin mengatakan: “Sebentar, Aku telah membuat kekeliruan dan Aku perlu membetulkannya sekarang.” Praktek ini di dalam Al-Qur’an dijadikan doktrin Islam dan dikenal dengan istilah Nasikh dan Mansukh, “Yang Menghapus” dan “ Yang Dihapuskan.”
*[Tetapi bagaimana Tuhan Yang Mahatahu mungkin bisa keliru memberikan wahyuNya, sehingga perlu mendatangkan wahyu yang membatalkan wahyu? Secara teologis, doktrin ini sekaligus telah merupakan pengakuan akan adanya kontradiksi wahyu Allah, namun dihalalkan Islam dengan istilah muluk!]
Berikut ini adalah antara lain kontradiksinya yang mencengangkan!

Tidak Ada Paksaan dalam Agama?
Kita tampilkan 4 ayat sejuk yang memberi kebebasan bagi orang-orang untuk memeluk agama mereka selain Islam:

* “Tidak ada paksaan untuk agama; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”23
* “Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi kitab dan kepada orang-orang yang ummi, “Apakah kamu mau masuk Islam?” Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk (kepada kebenaran), tetapi jika mereka menolak, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan kepada mereka.”24
* “Karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kamilah yang menghisab amalan mereka.”25
* “Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka, dan kamu (Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka.”26

Tetapi pada kenyataan yang sebenarnya, Al-Qur’an tidak dapat mentolerir kebebasan seseorang untuk memilih keyakinan. Ini terjadi setelah Muhammad merebut kekuasaan dan memiliki banyak kekuasaan, sehingga dialah sendiri yang bebas mengubah wahyu mengenai kebebasan secara berlawanan diametral. Semua yang ”non-Islam” harus diperangi dan ditumpasi, termasuk orang-orang yang Allah berikan KitabNya!:

*.“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi perlawanan, dan agama itu semata-mata hanya untuk Allah. Jika mereka berhenti, maka tidak ada lagi permusuhan, kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”27

*.“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama Allah), (bahkan jika mereka adalah) orang-orang yang diberikan kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah28 dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk.”29
*.“Hai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka jahanam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”30

*. “Mereka ingin kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung dan jangan (pula) menjadi penolong.”31

Secara keseluruhan, Al-Qur’an mengandung lebih dari 220 kontradiksi. *[Dan setiap ayat-ayat keras itu dapat dipakai secara absah dan halal sesuai dengan kebutuhan dan situasi Islamnya. Malahan dalam Haditsnya, Muhammad terang-terangan memerintahkan penumpasan orang kafir yang harus dikaitkan dengan penjunjungan dirinya berdampingan dengan Allah]:

”Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka mengatakan, ’Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan Allah (HS. Bukhari vol.1, book 2 #24)

Kontradiksi: Hari Penghakiman
Ibn Abbas mengatakan bahwa, suatu hari seorang Arab mengatakan kepadanya bahwa Al-Qur’an menulis panjangnya sehari penghakiman adalah sama dengan 1000 tahun, sebagaimana yang ditulis dalam Surat As-Sajdah 32:5. Sebaliknya, dalam Surat Al-Ma’arij 70:4 dan di tempat-tempat lainnya, panjangnya sama dengan 50.000 tahun. Abu Abbas menjawab bahwa kedua ”hari” yang berbeda itu dan masa kehadiran mereka memang disebutkan di dalam Al-Qur’an, tetapi Allah lah yang mengetahui jawaban yang sebenarnya mengenai mereka. *[Lihatlah betapa fasihnya Quran menyajikan jurus-jurus pendalilan yang berkelat-kelit dan yang membodohi, demi menutupi ayat-ayatnya yang kontradiktif. Yang satu, dikatakan Allah melakukan koreksi ayat dengan nasikh-mansukh. Yang lain, dikatakan bahwa hanya Allah yang tahu, tanyalah sama Yang Empunya Ayat! Padahal jawaban yang lurus, sederhana, dan benar adalah persis yang Muslim tuduhkan terhadap Alkitab: Kitabmu palsu! Maling teriak maling? Allah pasti tahu, tetapi manusia pun sesungguhnya mudah tahu!]

Kontradiksi Lainnya
1. “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasib di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Surat 23:101)
Ini bertentangan dengan
“Sebagian dari mereka menghadap satu sama lain, kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan.” (Surat 37:27).

2. “Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara ke duanya dalam enam hari.”( Surat 32:4)
Ini bertentangan dengan
“Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari? Dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? Demikian itulah Tuhan semesta alam.” (Surat 41:9).

3. “…maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” (Surat 4:3).
Pada ayat di atas, Al Qur’an mengajarkan bahwa ada kemungkinan untuk bersikap adil kepada beberapa orang perempuan, tetapi hal itu bertentangan dengan surat yang sama: “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…” (Surat 4:129).

4. Dalam Surat 90:1, Muhammad mengatakan bahwa ia tidak bersumpah dengan menggunakan “kota ini” (Mekah): “Aku tidak bersumpah demi kota ini.”32
Tetapi kemudian ia mempertentangkannya dengan ayat Surat 95:1-3
“Demi buah tin dan buah zaitun, dan demi bukit Sinai dan demi kota (Mekah) ini yang aman.”33

Mungkinkah seorang Nabi Tuhan bersumpah demi buah tin dan zaitun? [Dimanapun, sumpah itu harus didirikan di atas otoritas yang paling berwenang (lebih tinggi daripada yang bersumpah) yang dianggap turut menyaksikan dan meneguhkan sumpah! Anda manusia tak mungkin bersumpah demi nama anjing misalnya, dan Tuhan mustahil perlu bersumpah demi ciptaanNya! Ia sesungguhnya tidak perlu bersumpah, namun bila itu dilakukan juga, maka Tuhan bersumpah hanya demi diriNya. Sumpah yang selainnya hanya bisa datang dari ”wahyu akal-akalan”. Itu sebabnya banyak sekali teman Muslim yang akhirnya meninggalkan Islam karena Qurannya hanya berisi ”sumpah serapah buatan manusia”. Namun Alkitab berkata: ”Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan... Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya.” (Ibrani 6: 16, 13)]

Kesalahan Sejarah
Ada terlalu banyak pertentangan di dalam Al Qur’an! Bagaimana bisa Tuhannya Muhammad mempertentangkan dirinya sendiri sebegitu seringnya? Kita bisa tambahkan hal ini dengan kesalahan linguistik dan kesalahan-kesalahan sejarah, ketika Muhammad mencoba untuk merujuk kepada sejarah Alkitab. Peristiwa sejarah yang disebutkan oleh Muhammad di dalam Al Qur’annya adalah sesuatu yang dibuat-buat, tidak disebutkan dalam Alkitab, tidak tercari di arkeologi atau di manapun juga, dan tersandung pada logika sehat.

*[Perlu dicatat bahwa ketika Muhammad merujuk kepada cerita Alkitab, ia bukan mengutipnya dari Alkitab, melainkan berusaha memindahkan setting Israel ketanah Arab (Mekah), seperti yang kita saksikan dalam kisah Ibrahim versi Muhammad. HS Bukhari menuturkan bahwa Ibrahim menghantar Hagar dan putranya yang kala itu masih menyusu, pergi ke Mekah karena keduanya diusir oleh Sara. Tidak seorang manusiapun yang tinggal ditempat itu, dan Ibrahim segera pulang kembali kepada Sara sambil meninggalkan mereka berdua disitu. Hagar dan putranya terancam kehausan, sehingga Hagar seperti orang gila berlari bolak-balik 7x dari Shafa ke Marwah, yang akhirnya secara ajaib menemukan mata air Zamzam. Maka merekapun seterusnya menetap di tempat tersebut dimana Ismail belajar bahasa Arab dan kelak kawin disana (HS.Bukhari no. 1475). Tetapi setelah secara “shahih” menceritakan kisah yang dicangkokkan disini, kapankah Ibrahim punya waktu untuk menemui Ismail guna menceritakan tentang mimpinya untuk menyembelih putranya? Untuk tujuan pencocokan legenda ini, maka para sarjana Islam sibuk menyusun kisah alternatif. Namun semuanya tetap dimentahkan dengan satu pertanyaan, dari mana sumber legenda itu diambil? Dari Nabi-nabi sebelum Masehi atau dongeng manusia dan jin-jin sesudahnya??]

Alkitab mengatakan bahwa Hagar dan putranya meninggalkan Hebron (tanpa Abraham) dan pergi ke arah selatan, ke Bersyeba (dengan dibekali sedikit roti dan sekirbat air). Di gurun Palestina selatan ini mereka dengan sendirinya tersesat, namun malaikat Tuhan datang menyelamatkan mereka. Dan beberapa tahun kemudian, Hagar, budak dari Mesir itu, mengatur pernikahan putranya dengan seorang perempuan Mesir pula.34

*[Pengisahan Alkitab oleh Nabi Musa ini jelas logis dan otoritatif, tanpa jejak akal-akalan manusia sesudah masa Muhammad. Namun secara tiba-tiba Hadist (200 tahun sesudah Muhammad) memastikan Hagar dan Ismael bisa berjalan sampai ke Mekah dengan persediaan makan-minum sekedarnya. Selain itu, disaat sekitar tahun 2000 SM seperti itu, dimanakah dapat ditemukan bukti sejarah atau arkeologi yang menunjukkan adanya akses migrasi atau jalan karavan kesana? Bukankah Hadist Nabi sendiri mengatakan juga bahwa “pemukiman” Mekah tidak exist dalam sejarah sekuno itu (lihat HSB. No.1475, “...Waktu itu tidak ada seorangpun yang tinggal di Mekah”. Alangkah sembrononya dongeng “bunuh diri” yang ingin memindahkan setting Israel ke Arab!]

Kontradiksi Tentang Kematian Isa
Pertentangan yang paling kritis dalam Qur’an adalah mengenai kematian Yesus (Isa). Apakah Ia dibunuh atau tidak? Surat An-Nisa 4:157 berkata:
…”Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa Putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula disalib-nya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.”

Umat Islam selalu mengutip ayat yang tanpa saksi dan bukti ini – satu-satunya ayat yang dipunyai Quran -- untuk menjawab pernyataan orang Kristen tentang penyaliban Kristus. Untuk menanggapi hal itu, umat Islam terpaksa harus melupakan Surat Al-Imran 3:55:

“Ingatlah, ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyebabkan kematianmu35 dan mengangkat kamu kepadaku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”

Di sini Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan tentang kematian Yesus (Isa) yang bertentangan dengan ayat sebelumnya, tetapi juga dinyatakan bahwa siapapun yang menjadi pengikut Yesus akan berada di atas orang-orang lainnya pada hari kiamat! Al-Qur’an juga menyebutkan tentang kematian Isa di dalam Surat Maryam 19:33: “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Disini ada dua ayat dalam Qur’an yang mengkonfirmasikan kematian Isa anak Maryam, melawan satu ayat yang menolak kematiannya. Apakah ada dua Tuhan berbeda yang masing-masing menyuarakan ”hidup-mati-nya” Isa yang berbeda? Padahal Muhammad berkata, ”Tiada Tuhan selain Allah?” Bagaimana umat Muslim melihat pertentangan yang gamblang ini?

Contoh Kesalahan Fatal Lainnya
Tidak ada nara sumber manapun yang menyebut bahwa Maria yang melahirkan Yesus mempunyai seorang saudara laki-laki. Tetapi Tuhannya Muhammad mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa Maria mempunyai saudara laki-laki, (Maryam 19:28). Masih tentang subyek yang sama, Al- Qur’an mengatakan bahwa Maria adalah saudaranya Harun. Ini juga kesalahan fatal sebab Harun adalah orang dari suku Lewi, sementara Maria berasal dari suku Yehuda. Lebih fatal lagi, Harun hidup 1500 tahun SM (sebelum Isa lahir)! Tentulah akan menyulitkan laki-laki itu menjadi saudara laki-laki Maria!

Al-Qur’an juga berspekulasi bahwa istri Firaun-lah yang menemukan Musa di sungai Nil, padahal yang benar adalah Puteri Firaun.36
*[Kebenaran ini dinyatakan oleh Musa sendiri yang menulis Taurat dan yang mencantumkan dirinya diasuh oleh putri Firaun! Akankah Muhammad lebih tahu dari Musa tentang Musa? Sedangkan kemustahilan melaksanakan wajib shalat 50x sehari (yang semula diwajibkan Allah bagi Muhammad), itu saja tidak diketahui Muhammad. Dan itu hanya diketahui oleh Musa, sehingga Muhammad disuruhnya untuk menawar kepada Allah hingga jatuh hukum finalnya menjadi 5x sehari! (lihat HS Bukhari 211). Sungguh seluruh Muslim berutang budi kepada Musa yang mencetuskan ”ide-brilliant” kepada Muhammad untuk bernegosiasi dengan Allahnya Muhammad.]

Kesalahan Al-Qur’an terkait dengan ilmu pengetahuan, juga membuktikan bahwa ia bukanlah buku yang berasal dari Tuhan. Sekiranya itu berasal dari Tuhan, seharusnya “kenyataan mengenai alam semesta” adalah yang sebenarnya. Bahkan seandainyapun Al-Qur’an nguping mengutip dari Alkitab, ia tidak melakukannya secara akurat. Sebagai contoh, Alkitab menyatakan bahwa bumi adalah bulat, sebuah globe. Dan itu dinyatakan secara jelas pada abad ke delapan SM – hampir seribu tahun sebelum Muhammad. Yesaya menulis tentang bulatan bumi: “Dia yang bertahta di atas bulatan bumi….”37. Sebaliknya bumi yang dirujukkan Quran adalah bumi yang Allah hamparkan rata lalu meletakkan gunung, pohon-pohon dan lain lain di atasnya: “Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh…” (Surat 50:7).

“Yang Menghapuskan dan Dihapuskan”
Doktrin ini ada dalam Al-Qur’an. Ini berarti bahwa Muhammad memiliki hak untuk menghapus dan membatalkan ayat-ayat di dalam Al-Qur’an sesuai kehendaknya. Beberapa kritik menyatakan bahwa tuhannya Muhammad akan membacakan ayat-ayat, dan kemudian setelah beberapa waktu, Ia akan membatalkan atau menghapuskannya. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an dibatalkan atau diubah hanya beberapa jam setelah penurunannya kepada Muhammad. Bagaimana Muhammad menangani masalah ini, dan bagaimana ia membenarkan tindakannya atas hal ini?

Alasan pokok: Allah Menggantikan dengan yang Lebih Baik?
Pada satu titik, keseluruhan panggilan dan misi Muhammad hampir merupakan kesalahan total. Rupa-rupanya orang-orang Yahudi di Arab sangat kenal akan gaya dan kebiasaan Muhammad tatkala menyampaikan ajaran kenabiannya. Mereka menyatakan bahwa setelah Muhammad memberikan perintah kepada para pengikutnya, ia biasa akan menariknya tidak lama kemudian. Dan seperti biasanya, Tuhan selalu siap untuk mengirim “jibril” dengan sebuah ayat untuk menolongnya keluar dari dilema, serta meyakinkan orang-orang bahwa Allah-lah, dan bukan Muhammad yang memerintahkannya untuk menghapus ayat tertentu: “Ayat mana saja yang kami cabut atau kami jadikan lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”38
Menurut Al-Suyuti, “Pencabutan berarti penghapusan atau pembatalan.”39 Penghapusan berarti perubahan, seperti yang digunakan dalam Surat Al-Hajj 22:52. Dr. Ahmed Shalabi menulis bahwa pencabutan berarti menggaibkan sesuatu dan menggantikannya dengan sesuatu yang lain.40 Tetapi bagaimana Tuhan bisa keliru memberi wahyu? Dan mengatakan akan memberi yang lebih baik? Ini membuktikan kalau tuhannya Muhammad tidak Mahatahu dan tidak Mahakuasa. Yang ada adalah kuasa yang sewenang perutnya. Dan masihkah saudara-saudara Muslim dengan sangat beraninya menuduh bahwa orang-orang Kristen mengubah Alkitab? Padahal, tidak pernah ada ayat dan kasus “Menggantikan dan Digantikan” dalam Taurat dan Injil, sementara banyak ayat-ayat Al-Quran dihapus dan digantikan secara terbuka.

Dibatalkan oleh Ayam-Ayam?
Banyak ayat yang ditambahkan di dalam Al-Qur’an secara seketika setelah kematian Muhammad. Banyak lagi ayat lainnya yang dihapuskan oleh Utsman bin Affan, yang memerintahkan agar Al-Qur’an diperbaiki dan menaruh penekanan-penekanan pada huruf-hurufnya. Tetapi kemana perginya semua surat dan ayat-ayat yang dihapuskan itu?
Kita bahkan dapat bertanya: Kemana perginya Al-Qur’annya Muhammad? Menurut Ibn Hazm, Aisyah mengatakan bahwa beberapa ayat, seperti mengenai melemparkan batu dan menyusui anak,41 yang ada pada dirinya, dimakan oleh ayam-ayam ketika ia sedang khusuk pada saat kematian Muhammad.42 ‘Abdullah bin Abu Bakar pun mendukung cerita Aisyah.

Beberapa sarjana Muslim boleh saja menyatakan bahwa ayat-ayat yang telah dimakan oleh ayam tersebut telah dibatalkan. Tetapi tentu saja, mereka tidak mengetahui dengan pasti karena mereka tidak bersama-sama dengan ayam yang memakan ayat-ayat tersebut. Tetapi bagaimana ayat-ayat tersebut dibatalkan setelah Muhammad meninggal? Dan bagaimana mungkin ayam-ayam membatalkan ayat-ayat tersebut, sedangkan beberapa ayat yang sudah dimakan ayam-ayam masih terdapat di dalam Al-Qur’an?

Selanjutnya, Umar bersikeras menambahkan Al-Qur’an dengan ayat-ayat mengenai menyusui anak setelah ia mendengar Aisha menceritakan hal itu. Ia juga hampir menambahkan ayat-ayat mengenai melemparkan batu, setelah mendengar kisahnya dari Ka’b. Namun anehnya, ke mana perginya dua ratus ayat yang sedianya ada dalam Surat Al-Ahzab?

*[Hadits narasi Aisha mengatakan bahwa surat al-Azhab 33 terdiri atas 200 ayat di masa Muhammad. ”Ketika Utsman menyalin ‘masahif’ (kodex) maka kami tidak tahu lagi apa-apa, kecuali bahwa apa yang kita punyai sekarang ini (maksudnya surat al-Azhab entah bagaimana kini hanya berisi 73 ayat seperti Quran di saat ini. Lihat Al-Suyuthi, Al-Itqan II.p.25)]

Bukankah tuhannya Muhammad berkata: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya dari penyelewengan.”43
Lalu bagaimana mungkin tuhannya Muhammad tidak menjaga firmannya dan Al-Qur’annya dari ayam-ayam tersebut? Menjaga ayam-ayam itu untuk tidak melahap ayat-ayat Al-Qur’annya? Atau mencegah Utsman untuk menghapus ratusan ayat dari Al-Qur’an? Dr. Mousa Al-Mousawi, seorang sarjana Iran modern, menyatakan: “ Diantara mereka kelompok-kelompok Islam yang mengatakan bahwa ada perubahan di dalam Al-Qur’an, maka para sarjana Shiah adalah persentase yang terbesar di antara mereka.”44 Ini adalah pengakuan yang terus-terang dari seorang Muslim yang terpercaya, ditegaskan oleh seorang Al-Mousawi, bahwa ia mengakui Al-Qur’an telah diubah tanpa ijin dan diganti.

Ayat yang Hilang – Surat yang Hilang
Kita menyaksikan dengan mata sendiri bahwa ayat pertama (basmalah) juga dihapuskan dalam Surat-9, At-Tauba. Al-Suyuti, seorang sarjana Muslim terkemuka menegaskan bahwa lebih dari 100 ayat dihapuskan dari surat tersebut.45 Ia menyebutkan bahwa Ibn Malik mengatakan banyak ayat yang dihapus dari Surat At-Tauba, termasuk ayat “basmalah” tadi. Dan ditegaskan kembali bahwa jumlah ayat sebelumnya adalah sama dengan jumlah ayat dalam Surat 2 (Al-Baqara46), tetapi sekarang jumlahnya hanya 157. Al-Suyuti menegaskan sesuatu secara serius: “Al-Qur’an yang disalin oleh Ibn Mas’ud memiliki dua surat, seperti Surat Al-Haqd dan Surat Al-Khala; dan mereka diletakkan setelah Surat Al-Asr’ (Masa).”47

Kemana perginya ke dua surat itu? Bagaimana mereka bisa menghilang dari Al-Qur’an salinan Utsman, yang dibaca oleh kelompok umat Muslim Sunni saat ini, tetapi berbeda bentuknya dengan yang dibaca oleh kelompok Shiah? Al-Qur’an Sunni memiliki 114 surat, sedangkan Al-Qur’an Shiah memiliki 115 surat, dimana Surat Al-Wilaya (Pengganti) ditambahkan di dalam Al-Qur’an tersebut.48

Cara Al-Qur’an Dihimpun Menjadi Kitab
[Kita sedih membaca di banyak tempat – termasuk di Muqadimah terjemahan Al-Qur’an – yang tetap nekad menyatakan bahwa sebelum Nabi wafat, “semua ayat-ayat Quran sudah terturun dan disusun final, menurut tertib urut yang seharusnya, dan terjaga dan terpelihara baik oleh Allah”. Dan Muslim awam mempercayai pernyataan itu mentah-mentah! Jauh dari kebenaran!]

Padahal Muhammad sendiri semasa hidupnya tidak mengumpulkan ayat-ayat yang tesebar di berbagai tempat (selama lebih dari 20 tahun) menjadi sebuah kitab, yang kemudian disebut Al-Qur’an (artinya bacaan).

[Beliau juga tidak pernah memerintahkan para sahabatnya untuk mengumpulkannya dari ayat-ayatnya yang terserak di atas pelbagai alas-tulis yang dipakai sekenanya oleh tiap pengikutnya. Mereka ini hanya mencatatkan ayat-ayat favoritnya sendiri-sendiri, itupun kalau mereka kebetulan hadir tatkala Nabi mendapat wahyu, yang tempat dan waktunya tidak pernah menentu. (Bisa di rumah, sendirian atau bersama seseorang, di mesjid, dalam perjalanan, di siang hari, atau malam, bahkan dalam peperangan, di bumi atau di surga) Pencatatan dilakukan pada potongan-potongan kayu, lempeng tanah, batu, daun kurma, tulang, kulit binatang, apa saja, dan menyimpannya sendiri-sendiri pula secara lepasan. Ada pula yang mencatat bagiannya dalam otak, alias dihafal. Alhasil, tak ada yang terkumpul penuh, tak ada yang teratur, tak ada urutan yang dibakukan, melainkan masing-masing adalah seporsi himpunan ayat-ayat favorit yang saling berbeda. Itu sebabnya setelah Nabi wafat, Zaid bin Tsabit pada awalnya tetap menolak ketika kepadanya diminta untuk melakukan pengumpulan Quran: “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?” (Suyuti, Itqan, i, p.59, dll.) Jelas sekali bahwa penolakan ini sekaligus mematahkan usaha Muslim saat ini untuk menutup-nutupi kenyataan bahwa Quran belum terkumpul, kecuali berserakan, di saat wafatnya Muhammad.]

Namun, Abu Bakarlah, yang kemudian mengumpulkan setelah kematian Muhammad. Tugas itu berlanjut ke tangan Zaid bin Thabit, yang sebelumnya ia merasa harus menyatakan keberatannya: “Ali Ibn Abu Talib datang kepadaku, memintaku untuk melanjutkan Al-Qur’an dan mengumpulkannya menjadi satu. Demi Allah, jika mereka mendelegasikan tugas kepadaku untuk memindahkan gunung, itu tidak akan lebih sulit bagiku dibandingkan apa yang mereka minta aku kerjakan”49

Kesulitan macam apakah yang membuat Zaid menjadi begitu tertekan?50 Mengapa ia mengeluarkan pernyataan tersebut ketika ia memiliki kepercayaan penuh dari Khalifah pertama dan kedua? Pernyataan Zaid menunjukkan bahwa ia tahu Qur’an adalah kumpulan ayat-ayat yang tersebar secara sembrono, dan diingat oleh orang-orang berbeda.51 Beberapa di antara mereka masih hidup, tetapi banyak juga di antara mereka yang telah dibunuh selama perampokan dan pertempuran, ketika melawan musuh-musuh yang dianggap kafir/ menyimpang dari jalan Islam.52 Di samping itu, kesulitan dari pekerjaan tersebut adalah menemukan kesepakatan di antara para penulis Al-Qur’an mengenai cara melafalkan dan memaknai suatu kata (karena banyak ragam bacaan dan arti yang sama sekali berbeda yang bisa dikenakan pada satu kata tergantung pada tanda diakritikal-nya). Hal ini menambah masalah, yaitu untuk memutuskan kata yang manakah itu dalam bahasa quranik.53

Al-Suyuti menegaskan dalam bukunya, Al-Itqan, bahwa Utsman memerintahkan untuk membakar semua salinan Al-Qur’an itu, termasuk salinan Ali dan Ibn Mas’ud.54 Akibat perintah tersebut, perang hebat terjadi sesama umat, dengan banyak korban yang terbunuh. Di antaranya adalah Utsman sendiri dibunuh oleh Muhammad bin Abu Bakar dan Ammar bin Yasir! Jadi, ada apa maka salinan Al-Qur’annya Utsman – Al Qur’an yang dipakai oleh kebanyakan umat Islam saat ini – ditolak oleh mayoritas umat pada awal sejarah Islam?! Pertanyaan besarnya adalah:

1.Mengapa Muhammad tidak menyusun sendiri Qur’annya semasa hidupnya?
2.Mengapa tuhannya Muhammad atau “jibril” tidak memerintahkan untuk mengumpulkannya sebelum Nabi meninggal?
3.Apakah Allah tidak menjaga firman-Nya (jika itu benar-benar firman-Nya) dari kemungkinan hilang atau diubah?
4.Apakah Allah tidak bisa mencegah pertumpahan darah Utsman dan ribuan orang Muslim lainnya yang berbeda mengenai ucapan-ucapan Allah?

Muhammad bin Abu Bakar, terang-terangan menuduh Utsman menjelang saat membunuhnya, “Engkau telah mengubah buku Allah!” Seperti bin Abu Bakar, begitulah sejumlah besar umat Islam mengatakan dengan yakin bahwa Al-Qur’an telah diubah.

*[Dikatakan dalam buku Nabhan Husein: Tinjauan Ahlus Sunnah terhadap faham Syi’ah tentang Al-Quran dan Hadits, dan juga Hadits Hisyam bin Salim yang diriwayatkan Abi Abdillah, bahwa “Kaum Syi’ah menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada 219 ayat-ayat Quran yang palsu. Mereka bahkan percaya bahwa jumlah ayat Al-Quran yang dibawa oleh Jibril kepada Muhammad adalah 17.000 ayat”. Jadi yang terhilang hampir 2x yang tersisa! Inilah perselisihan yang tidak terselesaikan sebagai warisan dari Muhammad. Intinya terletak pada kenyataan bahwa Islam telah kehilangan sumber-sumber otentik lainnya yang diakui pernah ada – berbeda dari yang ada saat ini – namun yang harus dimusnahkan oleh perintah Utsman secara diktator! Dan Syi’ah yang malang terpaksa menerima Quran sekarang apa adanya!]

Jadi pelajarilah semua bukti yang mengelilingi Al-Qur’an dan sejarah rekonstruksinya, yang tentu saja logis sering disembunyikan bagi umum, karena memalukan dan menyesakkan hati!

16 komentar:

  1. Orang-Orang berpengaruh yang memeluk Islam

    http://panduanpercuma.info/agama/776/11-orang-tersohor-yang-memeluk-islam/

    BalasHapus
  2. Sembahla Allah...ucapla Khalimah...TIADA TUHAN DISEMBAH MELAINKAN ALLAH S.W.T, DAN NABI MUHAMMAD ITU PESURUH ALLAH.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ashadu alla ilaa ha illallah,ashadu annamuhammadar rosulullah

      Hapus
  3. Hadeuuhh ga usah bahas ke ilahiannya dr ayat2nya.liat dr susunan sejarahnya aja udh awut2an.mungkin Tuhannya lupa sama ciptaannya yaa

    BalasHapus
  4. Hadeuuhh ga usah bahas ke ilahiannya dr ayat2nya.liat dr susunan sejarahnya aja udh awut2an.mungkin Tuhannya lupa sama ciptaannya yaa

    BalasHapus
  5. Satu pembodohan besar keatas ummat yang para ulama telah lakukan dan terus menerus ditutupi. Jika penulis blog ini dapat menghidunya maka adalah mustahil para ulama besar Islam jahil tentangnya. Pokoknya ulama telah sekian lama menyembunyikan kebenaran ini untuk kemaslahatan mereka sendiri. Merekalah sebenarnya MUNAFIK.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamulah yang munafiq!tanyakan hatimu sebenarnya kamu tidak bahagia dengan agamamu sendiri!nabi adam tidak punya ayah ibu kenapa tidak kamu anggap tuhan?Allah berdiri sendiri,tidak beranak dan di peranakkan.masak tuhan yang katanya bisa menghidupkan orang mati tapi tidak bisa menghindari kematiannya sendiri di tiang salib.seluruh dunia tahu bahwa yang di salib itu adalah manusia biasa bukan tuhan.dasar munafiq!

      Hapus
  6. Hayo...all muslimer bantahlah postingan di atas bila islam adalah Agama Allah..!!!koq sepi..!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah banyak yang membantah bung,tapi di spam oleh penulis karena takut kebenaran,termasuk banyak tulisan saya yang terkirim sesaat muncul,kemudian hilang.pengecut,kalau begitu aq gk usah komen.cuma pesan tuhan itu Allah.tidak beranak dan tidak di peranakkan.masak tuhan mati di tiang salib.munafiq semuanya orang2 nasrani

      Hapus
  7. pesan Yesus yang paling jelas membantah semua ketuhanan Yesus,Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa (Markus 12:29) ini sudah sangat jelas akan membantah dan mengkontradiksi seluruh ayat-ayat ketuhanan dan trinitas.
    artinya dalam Injil sudah pasti ribuan kesalahan fatal.

    BalasHapus
  8. seharusnya orang-orang Kristen membantah Al Qur'an dengan Injil, sebagai mana Al-Quran membantah Injil bukan Al-Quran dengan Al-Quran dengan main potong ayat-ayat nya apalagi yang menjelaskan orang Kristen.
    dasar orang Kristen memang berotak busuk.

    BalasHapus
  9. Hahaha... Pendeta buta rohani... Al Qur'an tidak menjiplak Bible yg menjiplak ajaran Pagan Yunani Kuno... Al Qur'an itu wahyu firman-firman Tuhan Allah, kalaupun ada kesamaan dengan beberapa ayat di Bible, itu menandakan bahwa isi Bible dahulunya sebelum dirubah oleh imam-imam mereka adalah merupakan juga wahyu firman Tuhan Allah yg Bible kutip dalam Injilnya Nabi Isa Almasih.
    Mau diingat: Bible bukan Injil. Bible itu hasil karya dari Santo Paulus yg sebahagiannya disadur dari Injilnya Isa Almasih yg bercampur aduk dengan filsafat Yunani, Paulus dari Tarsus. Dan ketuhanan Jesus pun dari hasil Konsili Nicea 325 m oleh kaisar Konstanti......
    Sorry...

    BalasHapus
  10. Setuju, penulis qoran orang yang nggak sekolah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Al Quran tidak ditulis oleh manusia. Banyak hal hal yang baru diketemukan, tetapi sudah disebutkan di dalam Al Quran. Dan agamaku adalah untuk kaum yang berpikir

      Hapus
  11. Pada kenyataannya Yesus di Alkitab lebih cocok di samakan dengan Allah di Al quran.

    Sebab Yesus adalah Yang Awal dan Yang Akhir (wahyu 1:17-18), begitu juga Allah di al quran adalah Yang Awal dan Yang Akhir (qs 57:3).

    Yesus akan datang di atas awan-awan dengan para malikat-Nya (mat 24:30) begitu juga Allah di al quran akan datang dalam naungan awan beserta para malaikat (qs 2:210).

    Yesus nanti akan menghakimi (mat 25: 31-46) Begitupun Allah akan menghakimi dengan adil (qs 96:8).

    BalasHapus