Keberadaan Isa Al-Masih dikisahkan Al-Qur’an dengan seratusan ayat. Dua puluh lima diantaranya menyebutkan nama Isa.1 Tersebar dalam surat-surat utama Al Baqara (2), Al-Imran (3), Maryam (19), Al-Mu’minun (23 dan Al-Hadid (57).
*[Banyak keistimewaan Isa yang supranatural sudah diungkapkan Quran, namun sebanyak itu pula yang disembunyikan, dikaburkan, dikerdilkan, atau diplintirkan oleh para ulama Islam di sepanjang masa. Diantaranya pengakuan para Malaikat yang maksud aslinya diselewengkan, sehingga seterusnya keseluruhan keberadaan, sifat dan hakekat Isa menjadi oknum lain dari yang dimaksudkan.]
Al-Qur’an menyaksikan kisah kelahiran Yesus, dari seorang perawan yang paling mulia sejagad, dipilih untuk “melahirkan” Kalimat Tuhan kedunia:
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia.”2. Lihat footnote.
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, nama-Nya Almasih ‘Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.”3
*[Semestinya para Malaikat (bukan satu malaikat) memaksudkannya sbb: “... Allah memberikan kepadamu kabar-baik (Injil) dengan satu Kalimat dari Allah yang namaNya Almasih, ‘Isa, putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, ditempatkan dekat dengan Allah...”. Dengan terjemahan asali ini, maka kita tidak termakan oleh tafsiran plintiran seolah-olah Isa terjadi karena suara-kalimat “Kun” (Jadilah!), melainkan satu sosok Firman Tuhan yang diturunkan menjadi Isa. Karena Ia itu Firman, maka – tanpa usah plintiran – Ia senantiasa lurus berfirman (berwahyu), bahkan sejak bayipun! (Surat 19:29-34). Dengan demikian semua keberadaan (being) dan unsur-unsur supranatural dari Isa Al-Masih dapat dipahami tanpa kontradiksi, tanpa nyeleweng, atau dipaksa- plintirkan.]
Ingatlah: Muhammad menceritakan kisah tentang Kristus, kadang-kadang dengan mengutip apa yang didengarnya dari Alkitab, namun kebanyakan dengan menambahkan atau menghilangkan kebenarannya. Al-Qur’an menyatakan kehidupan dan perbuatan Al-Masih.
“Dan sebagai nabi bagi bani Israel, (yang berkata kepada mereka), ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mujizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung4 dengan seijin Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”5
Pada ayat di atas, Muhammad menegaskan bahwa Al-Masih adalah Tuhan dan bukan seorang nabi biasa, karena sifat menciptakan hanya dimiliki oleh Tuhan, dan Tuhan tidak pernah memberikan kuasa tersebut kepada siapapun. Jika Tuhan mengijinkan manusia untuk memilikinya, maka akan ada persaingan antara Tuhan dan manusia. Akibatnya, bisa terjadi kekacauan.
*[Lebih jauh lagi, seperti yang sudah diutarakan, Isa juga satu-satunya dinyatakan suci tanpa dosa, satu-satunya diperkuat oleh Rohulqudus, berbicara langsung (muka per muka) dengan Allah (3:55; 5:110; 3:48), tahu hal-hal ghaib (3:49), atau dalam istilah Injil: “mengetahui isi hati manusia”, dan ini mutlak diperlukan pada waktu Isa kelak menjadi Hakim yang Agung di hari penghakiman! Ada dua lagi sifat dan otoritas keilahian Isa yang tak bisa disangkal dengan cara apapun. Yaitu Isa mampu mengadakan makanan surgawi (5:112-115), sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Allah. Menyusul Isa mempunyai otoritas membuat dan menetapkan hukum Allah (3:50). Quran mengatakan ini secara lurus, bukan tafsiran. Dia-lah Hukum, ketika Ia berkata: “Kamu telah mendengar firman: ‘Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu...” (Mat.5:27-28)]
Yesus menentang orang-orang Farisi, yang mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Daud, tetapi tidak mengetahui bahwa Dia adalah juga Tuhan. Oleh karena itu Yesus bertanya kepada mereka (dan kini bertanya sama kepada Muslim), “Jika Kristus adalah anak Daud, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya?”6 Orang-orang Farisi, yang merupakan pemimpin agama pada saat itu, langsung bungkam karena mereka mengetahui bahwa Raja Daud, yang juga Nabi, dalam rohnya, dapat melihat Yesus sebagai Tuhan yang Maha Kuasa.
Jika Anda mempelajari sifat-sifat Kristus di dalam Al-Qur’an, Anda akan menyadari bahwa Al-Qur’an membenarkan sifat-sifat Yesus yang hanya dimiliki oleh Tuhan. Al-Qur’an menyebutkan 25 nabi, termasuk Muhammad. Pertanyaannya disini, “Mana di antara nabi-nabi tersebut yang dapat melakukan apa yang telah ditunjukkan oleh Yesus?” Dapatkah Muhammad menyembuhkan orang sakit? Ia bahkan tidak dapat menyembuhkan dirinya sendiri! Muhammad tidak dapat menjamin seseorang untuk hidup kekal. Ia tidak bisa menjamin untuk dirinya sendiri. Kenyataan yang terbalik, satu-satunya yang dapat dijamin oleh Muhammad adalah bahwa semua orang Islam akan pergi ke neraka:
“Dan tidak ada seorangpun daripadamu kecuali mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”7
Trinitas Al-Qur’an dan Alkitab
Setelah memperlihatkan unsur-unsur keilahian Isa Al-Masih, Al-Qur’an juga memberikan contoh yang sangat indah untuk menggambarkan Trinitas yang Kudus menurut kata-kata aslinya (bukan menurut tafsiran):
“Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Roh dari-Nya.”8
Dalam ayat ini, Allah sedang berbicara mengenai Firman-Nya (“Anak” yang diutus), dan Roh-Nya. Hal ini memperjelas tentang, keilahian Bapa, keilahian Anak dan keilahian Roh Kudus, dalam kesatuan Tuhan. Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Sederhana. Sama seperti ketika Anda mengalikan 1x1x1 dan hasilnya adalah 1. Dalam ayat di atas, penulis Al-Qur’an mengutip dari nara-sumber Nasrani (Alkitab) dengan caranya sendiri dan cara pengungkapannya sendiri. Sayangnya, penulis Al-Qur’an mandek sepenggal-sepenggal dan tidak “mengutipnya” secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Namun semua penggalan kisah Alkitab yang ditulis dalam Al-Qur’an tetap saja dianggap oleh umat Islam sebagai “cerita dari para nabi.”
Sebagai contoh, Muhammad mengambil puasa dan perpuluhan dari Perjanjian Lama, tetapi karena kurang mengetahui, ia lalu menyelewengkannya. Ketika ia membahas tentang hak laki-laki dan perempuan, perempuan hanya diberikan setengah dari bagian yang dimiliki laki-laki. Mengapa? Dimana keadilan dan kesetaraan Islam yang dislogankan? Tidak seorangpun yang tahu.
Iman pada Satu Tuhan
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menarik perhatian saya – dan perhatian setiap umat Islam yang membaca Al Qur’an – adalah: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”9
Ayat ini menuduh orang Kristen telah menambahkan partner bagi Tuhan (mempersekutukan Tuhan). Lebih dangkal lagi, umat Muslim berasumsi bahwa umat Kristen mengajarkan bahwa Tuhan berhubungan intim dengan manusia (Maryam), yang kemudian menghasilkan seorang anak. Betapa pemahaman yang kotor dan menjijikan.
Menyesal sekali, karena dulu saya adalah satu dari antara jutaan umat Islam yang telah memiliki konsepsi yang sesat ini. Saya telah merasa tertipu oleh asumsi yang keliru, dan menuduh umat Kristen secara kejam, sebagaimana ratusan juta orang Islam saat ini. Sekarang saya telah tahu kebenarannya. Umat Kristen tidak meyakini sesuatu yang buruk, dan mereka samasekali tidak pernah berpikir seperti yang dituduhkan. Sebaliknya, mereka justru mencela dan menyalahkan ajaran senajis itu.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan. Taurat menyatakan ke-esa-an Tuhan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”10 Tuhan, seperti yang dikutip oleh salah seorang nabi terbesar adalah:“Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.”11
Injil melanjutkan menegaskan ajaran dari Taurat dan Perjanjian Lama tentang doktrin ke-esa-an Tuhan. Rasul Paulus menulis kepada jemaat Efesus bahwa orang-orang Kristen percaya pada “Satu Tuhan, satu iman….”12. Lalu ia menulis kepada Timotius:“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia.”13
Dan Yesus Kristus mengajarkan pada pendengar-Nya sebuah pelajaran maha-penting yang entah kenapa justru diabaikan oleh umat Islam: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu…. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.”14
Soal Tritunggal
Umat Muslim menuduh bahwa orang Kristen sesat karena percaya pada tiga Tuhan. Tentu itu salah wahyu, sebab ke-Trinitas-an Tuhan dalam konsep Kristen bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan dalam tiga pribadi seperti yang telah dijelaskan. Mereka bertanya, bagaimana engkau bisa mempercayai bahwa satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu? Apakah itu masuk akal? Pertanyaan ini mudah saja, mudah sekali. Alam semesta dan segala yang ada di dalamnya diciptakan untuk menunjukkan ke-tritunggal-an dari Tuhan Tritunggal. Yaitu, dari atom yang sangat kecil sampai dengan matahari yang sangat besar, mereka dibuat dalam trinitas. Anda tidak bisa menemukan satu jenispun di alam semesta ini yang tidak satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu.
Substansi atom bisa disebut atom kalau ia terdiri dari neutron, proton dan electron: tiga di dalam satu dan satu di dalam tiga. Bagaimana kita dapat menerima ke-tritunggal-an alam semesta dan semua obyek di sekitar kita, namun kita menolak ke-tritunggal-an Tuhan?
Dalam keterbatasan hakekat manusia, konsep tiga adalah satu, juga sesungguhnya tercermin dalam diri manusia yang terdiri dari Tubuh, Roh dan Jiwa. Untuk alasan ini, Kristus dapat berkata, “Aku dan Bapaku adalah satu.”15 Ia menegaskan hal ini karena Ia adalah satu dengan Bapa, Ia adalah satu-satunya cara untuk bisa mencapai Bapa: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”16
*[Mereka juga menyerang: Trinitas tidak terdapat dalam Perjanjian Lama (PL), kenapa sifat hakekat Allah jadi berubah dalam Perjanjian Baru (PB)? Mereka salah lagi, karena PL justru banyak menggambarkan keberadaan Tuhan yang tritunggal, yang kelak dideskripsikan lebih jelas dalam PB. Baca antara lain Kitab Kejadian 3:22, Yesaya 48:16, dan 63:8-10.]
Namun demikian, para ulama Islam telah memberikan pemikiran yang berurat-akar kepada umat Islam bahwa umat Kristen menyembah tiga Tuhan. Kekristenan percaya kepada satu Tuhan yang tidak mempunyai (pasangan) isteri, dan tidak dilahirkan dari hubungan keduanya seperti dituduhkan umat Muslim secara buta. Satu-satunya yang secara keji memberikan pasangan kepada Tuhan adalah Islam dan umat Islam sendiri dan bukan orang Kristen!
*[Encyclopedia Britannica (yang diakui sangat otoritatif) secara obyektif mengungkapkan adanya kekeliruan Quran tentang Trinitas, dalam vol.2, p.7008:
“(There are) mistaken concepts of the Trinity in Quran”... Muhammad sebagaimana orang-orang Arab di masa itu umumnya hanya mampu memahami ”monotheisme sederhana” (dangkal, namun yang dimuluk-mulukkan dengan sebutan Tauhid, mutlak satu) dan “tritheisme” (Tiga Tuhan yang saling eksklusif). Beliau tidak sampai memahami konsep yang lebih transendental, yaitu ketuhanan dalam ke-ekaan yang inklusif dalam trinitas (atau bahkan dasa-nitas sekalipun (!), jikalau Tuhan menyatakan diriNya begitu, maka urusan apa Muslim boleh menghujat hakekatNya?).
Bukti kedangkalan pemahaman Muhammad (sekaligus kesalahan) disini tercatat dalam pernyataannya atas nama wahyu; “Allah tidak mempunyai anak dan tiada Tuhan bersama-Nya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain” (Surat 23:91). Dia tidak cukup canggih untuk tahu bahwa 3-Pribadi yang Dzat-KodratiNya Mahakasih itu tidak usah dan tidak mungkin bersaingan dan berperang sesamanya! Muhammad bahkan tidak tahu Mahadewa Tri-Murti yang eksklusif sekalipun tidak harus berperang sesamanya!
Dan apa yang disebut Muhammad dengan “3 Tuhan”, ternyata salah pula pewahyuan akan oknumnya, karena ia menduga Allah kekristenan adalah Bapa Allah, kawin dengan Ibu Allah (Maryam), menghasilkan Anak Allah (Isa), sesuatu yang diharam-jadah-kan oleh setiap orang Kristen (Surat 6:101; 5:116; 9;30; 5:75). Kita prihatin begitu banyak Muslim yang tidak sadar akan kesalahan Muhammad terhadap “Trinitas”, tetapi malahan ikut-ikut menuduh apa yang tidak dipelajarinya dengan baik. Menyembah 3-Tuhan itu syirik, dosa yang tak terampuni menurut Islam. Namun menfitnah Kristen menyembah 3-Tuhan itu lebih syirik. Bagaimana itu harus diampuni Allah secara konsekwen, yang berkata: “Jangan kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (Surat 4:171)]
*[Banyak keistimewaan Isa yang supranatural sudah diungkapkan Quran, namun sebanyak itu pula yang disembunyikan, dikaburkan, dikerdilkan, atau diplintirkan oleh para ulama Islam di sepanjang masa. Diantaranya pengakuan para Malaikat yang maksud aslinya diselewengkan, sehingga seterusnya keseluruhan keberadaan, sifat dan hakekat Isa menjadi oknum lain dari yang dimaksudkan.]
Al-Qur’an menyaksikan kisah kelahiran Yesus, dari seorang perawan yang paling mulia sejagad, dipilih untuk “melahirkan” Kalimat Tuhan kedunia:
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia.”2. Lihat footnote.
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata, ‘Wahai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, nama-Nya Almasih ‘Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh.”3
*[Semestinya para Malaikat (bukan satu malaikat) memaksudkannya sbb: “... Allah memberikan kepadamu kabar-baik (Injil) dengan satu Kalimat dari Allah yang namaNya Almasih, ‘Isa, putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, ditempatkan dekat dengan Allah...”. Dengan terjemahan asali ini, maka kita tidak termakan oleh tafsiran plintiran seolah-olah Isa terjadi karena suara-kalimat “Kun” (Jadilah!), melainkan satu sosok Firman Tuhan yang diturunkan menjadi Isa. Karena Ia itu Firman, maka – tanpa usah plintiran – Ia senantiasa lurus berfirman (berwahyu), bahkan sejak bayipun! (Surat 19:29-34). Dengan demikian semua keberadaan (being) dan unsur-unsur supranatural dari Isa Al-Masih dapat dipahami tanpa kontradiksi, tanpa nyeleweng, atau dipaksa- plintirkan.]
Ingatlah: Muhammad menceritakan kisah tentang Kristus, kadang-kadang dengan mengutip apa yang didengarnya dari Alkitab, namun kebanyakan dengan menambahkan atau menghilangkan kebenarannya. Al-Qur’an menyatakan kehidupan dan perbuatan Al-Masih.
“Dan sebagai nabi bagi bani Israel, (yang berkata kepada mereka), ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mujizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung4 dengan seijin Allah, dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak, dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.”5
Pada ayat di atas, Muhammad menegaskan bahwa Al-Masih adalah Tuhan dan bukan seorang nabi biasa, karena sifat menciptakan hanya dimiliki oleh Tuhan, dan Tuhan tidak pernah memberikan kuasa tersebut kepada siapapun. Jika Tuhan mengijinkan manusia untuk memilikinya, maka akan ada persaingan antara Tuhan dan manusia. Akibatnya, bisa terjadi kekacauan.
*[Lebih jauh lagi, seperti yang sudah diutarakan, Isa juga satu-satunya dinyatakan suci tanpa dosa, satu-satunya diperkuat oleh Rohulqudus, berbicara langsung (muka per muka) dengan Allah (3:55; 5:110; 3:48), tahu hal-hal ghaib (3:49), atau dalam istilah Injil: “mengetahui isi hati manusia”, dan ini mutlak diperlukan pada waktu Isa kelak menjadi Hakim yang Agung di hari penghakiman! Ada dua lagi sifat dan otoritas keilahian Isa yang tak bisa disangkal dengan cara apapun. Yaitu Isa mampu mengadakan makanan surgawi (5:112-115), sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Allah. Menyusul Isa mempunyai otoritas membuat dan menetapkan hukum Allah (3:50). Quran mengatakan ini secara lurus, bukan tafsiran. Dia-lah Hukum, ketika Ia berkata: “Kamu telah mendengar firman: ‘Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu...” (Mat.5:27-28)]
Yesus menentang orang-orang Farisi, yang mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Daud, tetapi tidak mengetahui bahwa Dia adalah juga Tuhan. Oleh karena itu Yesus bertanya kepada mereka (dan kini bertanya sama kepada Muslim), “Jika Kristus adalah anak Daud, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya?”6 Orang-orang Farisi, yang merupakan pemimpin agama pada saat itu, langsung bungkam karena mereka mengetahui bahwa Raja Daud, yang juga Nabi, dalam rohnya, dapat melihat Yesus sebagai Tuhan yang Maha Kuasa.
Jika Anda mempelajari sifat-sifat Kristus di dalam Al-Qur’an, Anda akan menyadari bahwa Al-Qur’an membenarkan sifat-sifat Yesus yang hanya dimiliki oleh Tuhan. Al-Qur’an menyebutkan 25 nabi, termasuk Muhammad. Pertanyaannya disini, “Mana di antara nabi-nabi tersebut yang dapat melakukan apa yang telah ditunjukkan oleh Yesus?” Dapatkah Muhammad menyembuhkan orang sakit? Ia bahkan tidak dapat menyembuhkan dirinya sendiri! Muhammad tidak dapat menjamin seseorang untuk hidup kekal. Ia tidak bisa menjamin untuk dirinya sendiri. Kenyataan yang terbalik, satu-satunya yang dapat dijamin oleh Muhammad adalah bahwa semua orang Islam akan pergi ke neraka:
“Dan tidak ada seorangpun daripadamu kecuali mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan”7
Trinitas Al-Qur’an dan Alkitab
Setelah memperlihatkan unsur-unsur keilahian Isa Al-Masih, Al-Qur’an juga memberikan contoh yang sangat indah untuk menggambarkan Trinitas yang Kudus menurut kata-kata aslinya (bukan menurut tafsiran):
“Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Roh dari-Nya.”8
Dalam ayat ini, Allah sedang berbicara mengenai Firman-Nya (“Anak” yang diutus), dan Roh-Nya. Hal ini memperjelas tentang, keilahian Bapa, keilahian Anak dan keilahian Roh Kudus, dalam kesatuan Tuhan. Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Sederhana. Sama seperti ketika Anda mengalikan 1x1x1 dan hasilnya adalah 1. Dalam ayat di atas, penulis Al-Qur’an mengutip dari nara-sumber Nasrani (Alkitab) dengan caranya sendiri dan cara pengungkapannya sendiri. Sayangnya, penulis Al-Qur’an mandek sepenggal-sepenggal dan tidak “mengutipnya” secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Namun semua penggalan kisah Alkitab yang ditulis dalam Al-Qur’an tetap saja dianggap oleh umat Islam sebagai “cerita dari para nabi.”
Sebagai contoh, Muhammad mengambil puasa dan perpuluhan dari Perjanjian Lama, tetapi karena kurang mengetahui, ia lalu menyelewengkannya. Ketika ia membahas tentang hak laki-laki dan perempuan, perempuan hanya diberikan setengah dari bagian yang dimiliki laki-laki. Mengapa? Dimana keadilan dan kesetaraan Islam yang dislogankan? Tidak seorangpun yang tahu.
Iman pada Satu Tuhan
Ayat-ayat Al-Qur’an yang menarik perhatian saya – dan perhatian setiap umat Islam yang membaca Al Qur’an – adalah: “Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu.”9
Ayat ini menuduh orang Kristen telah menambahkan partner bagi Tuhan (mempersekutukan Tuhan). Lebih dangkal lagi, umat Muslim berasumsi bahwa umat Kristen mengajarkan bahwa Tuhan berhubungan intim dengan manusia (Maryam), yang kemudian menghasilkan seorang anak. Betapa pemahaman yang kotor dan menjijikan.
Menyesal sekali, karena dulu saya adalah satu dari antara jutaan umat Islam yang telah memiliki konsepsi yang sesat ini. Saya telah merasa tertipu oleh asumsi yang keliru, dan menuduh umat Kristen secara kejam, sebagaimana ratusan juta orang Islam saat ini. Sekarang saya telah tahu kebenarannya. Umat Kristen tidak meyakini sesuatu yang buruk, dan mereka samasekali tidak pernah berpikir seperti yang dituduhkan. Sebaliknya, mereka justru mencela dan menyalahkan ajaran senajis itu.
Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan. Taurat menyatakan ke-esa-an Tuhan: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”10 Tuhan, seperti yang dikutip oleh salah seorang nabi terbesar adalah:“Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah.”11
Injil melanjutkan menegaskan ajaran dari Taurat dan Perjanjian Lama tentang doktrin ke-esa-an Tuhan. Rasul Paulus menulis kepada jemaat Efesus bahwa orang-orang Kristen percaya pada “Satu Tuhan, satu iman….”12. Lalu ia menulis kepada Timotius:“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia.”13
Dan Yesus Kristus mengajarkan pada pendengar-Nya sebuah pelajaran maha-penting yang entah kenapa justru diabaikan oleh umat Islam: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu…. Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.”14
Soal Tritunggal
Umat Muslim menuduh bahwa orang Kristen sesat karena percaya pada tiga Tuhan. Tentu itu salah wahyu, sebab ke-Trinitas-an Tuhan dalam konsep Kristen bukan tiga Tuhan, melainkan satu Tuhan dalam tiga pribadi seperti yang telah dijelaskan. Mereka bertanya, bagaimana engkau bisa mempercayai bahwa satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu? Apakah itu masuk akal? Pertanyaan ini mudah saja, mudah sekali. Alam semesta dan segala yang ada di dalamnya diciptakan untuk menunjukkan ke-tritunggal-an dari Tuhan Tritunggal. Yaitu, dari atom yang sangat kecil sampai dengan matahari yang sangat besar, mereka dibuat dalam trinitas. Anda tidak bisa menemukan satu jenispun di alam semesta ini yang tidak satu di dalam tiga dan tiga di dalam satu.
Substansi atom bisa disebut atom kalau ia terdiri dari neutron, proton dan electron: tiga di dalam satu dan satu di dalam tiga. Bagaimana kita dapat menerima ke-tritunggal-an alam semesta dan semua obyek di sekitar kita, namun kita menolak ke-tritunggal-an Tuhan?
Dalam keterbatasan hakekat manusia, konsep tiga adalah satu, juga sesungguhnya tercermin dalam diri manusia yang terdiri dari Tubuh, Roh dan Jiwa. Untuk alasan ini, Kristus dapat berkata, “Aku dan Bapaku adalah satu.”15 Ia menegaskan hal ini karena Ia adalah satu dengan Bapa, Ia adalah satu-satunya cara untuk bisa mencapai Bapa: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”16
*[Mereka juga menyerang: Trinitas tidak terdapat dalam Perjanjian Lama (PL), kenapa sifat hakekat Allah jadi berubah dalam Perjanjian Baru (PB)? Mereka salah lagi, karena PL justru banyak menggambarkan keberadaan Tuhan yang tritunggal, yang kelak dideskripsikan lebih jelas dalam PB. Baca antara lain Kitab Kejadian 3:22, Yesaya 48:16, dan 63:8-10.]
Namun demikian, para ulama Islam telah memberikan pemikiran yang berurat-akar kepada umat Islam bahwa umat Kristen menyembah tiga Tuhan. Kekristenan percaya kepada satu Tuhan yang tidak mempunyai (pasangan) isteri, dan tidak dilahirkan dari hubungan keduanya seperti dituduhkan umat Muslim secara buta. Satu-satunya yang secara keji memberikan pasangan kepada Tuhan adalah Islam dan umat Islam sendiri dan bukan orang Kristen!
*[Encyclopedia Britannica (yang diakui sangat otoritatif) secara obyektif mengungkapkan adanya kekeliruan Quran tentang Trinitas, dalam vol.2, p.7008:
“(There are) mistaken concepts of the Trinity in Quran”... Muhammad sebagaimana orang-orang Arab di masa itu umumnya hanya mampu memahami ”monotheisme sederhana” (dangkal, namun yang dimuluk-mulukkan dengan sebutan Tauhid, mutlak satu) dan “tritheisme” (Tiga Tuhan yang saling eksklusif). Beliau tidak sampai memahami konsep yang lebih transendental, yaitu ketuhanan dalam ke-ekaan yang inklusif dalam trinitas (atau bahkan dasa-nitas sekalipun (!), jikalau Tuhan menyatakan diriNya begitu, maka urusan apa Muslim boleh menghujat hakekatNya?).
Bukti kedangkalan pemahaman Muhammad (sekaligus kesalahan) disini tercatat dalam pernyataannya atas nama wahyu; “Allah tidak mempunyai anak dan tiada Tuhan bersama-Nya, kalau sekiranya demikian niscaya tiap-tiap tuhan membawa makhluk yang diciptakannya dan sebagian dari tuhan tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain” (Surat 23:91). Dia tidak cukup canggih untuk tahu bahwa 3-Pribadi yang Dzat-KodratiNya Mahakasih itu tidak usah dan tidak mungkin bersaingan dan berperang sesamanya! Muhammad bahkan tidak tahu Mahadewa Tri-Murti yang eksklusif sekalipun tidak harus berperang sesamanya!
Dan apa yang disebut Muhammad dengan “3 Tuhan”, ternyata salah pula pewahyuan akan oknumnya, karena ia menduga Allah kekristenan adalah Bapa Allah, kawin dengan Ibu Allah (Maryam), menghasilkan Anak Allah (Isa), sesuatu yang diharam-jadah-kan oleh setiap orang Kristen (Surat 6:101; 5:116; 9;30; 5:75). Kita prihatin begitu banyak Muslim yang tidak sadar akan kesalahan Muhammad terhadap “Trinitas”, tetapi malahan ikut-ikut menuduh apa yang tidak dipelajarinya dengan baik. Menyembah 3-Tuhan itu syirik, dosa yang tak terampuni menurut Islam. Namun menfitnah Kristen menyembah 3-Tuhan itu lebih syirik. Bagaimana itu harus diampuni Allah secara konsekwen, yang berkata: “Jangan kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (Surat 4:171)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar