Saya seorang pria yang telah kehilangan arah selama lebih dari empat puluh tahun, dan telah menenggelamkan diri dalam ketidak-pedulian mutlak, berjalan tanpa arah dan tujuan, dan dalam dosa. Saya adalah seorang bayi yang menanyakan dirinya, sebelum bertanya ke orang lain, mengenai arti dari eksistensi, kelahiran dan kematian.
Saya adalah seseorang yang berjalan di jalan yang panjang, mencari kebenaran di semua sudut dan semua jalan. Siapa itu Musa, Yesus dan Muhammad! Akhirnya sampai kepada kesadaran yang mendalam, bahwa diri saya selama 40 tahun telah tertawan dalam sel kebanggaan pada sebuah penjara besar yang bernama ketidak-jelasan dalam agama bangsa saya.
Saya telah menyelesaikan studi tingkat universitas, menerima gelar Master dalam Ekonomi dan Ilmu Politik di Mesir. Dan memulai menitih karier pada bisnis manajemen penerbitan di sebuah koran Arab. Dua tahun kemudian saya menjadi pemimpin editor, lalu bekerja selama lima tahun sebagai penasehat pers untuk seorang presiden Arab.1 Saya telah menerbitkan sepuluh buku mengenai ekonomi, sosiologi dan politik yang menjangkau pasar dunia Arab maupun internasional. Dan Sebagian telah diterjemahkan dalam tiga bahasa.
Saya telah menulis lebih dari 2000 artikel yang diterbitkan di koran serta majalah Arab dan Islam, untuk berbagai agen pers Arab dan internasional. 2 Sebagai seorang Muslim, Saya adalah salah seorang yang telah mengkritik Taurat dan Injil dalam lebih dari satu kuliah umum dan penelitian serta mengulangnya seperti seekor burung Beo bahwa Alkitab telah dirubah dan dipalsukan!
Saya adalah seseorang yang pintunya diketok oleh seorang saudara yang mengatakan, “Apakah Anda telah membaca Al-Qur’an dan Hadits Muhammad secara mendalam?” Setelah membaca, saya justru terkena penyakit ”kepala intelektual” yang menyakitkan, kemudian berakibat pada penulisan buku saya yang terakhir, Lost Between Reason and Faith (“Tersesat antara Nalar dan Iman”, diterbitkan hanya dalam bahasa Arab). Akibatnya, saya menemukan diri saya di luar batas-batas agama selama lebih dari sepuluh tahun. Selama waktu tersebut, saya hanya melihat ke surga karena pada saat itu saya selalu yakin bahwa di surga terdapat Tuhan.
Walaupun saya tersesat menurut ajaran Islam; ada seorang Kristen yang telah lahir baru meletakkan sebuah Alkitab di dalam tangan saya dan mengatakan: “Baca,” sama seperti yang telah dinyatakan bahwa sebuah ruh yang mengaku sebagai malakat “jibril” mengatakan kepada Muhammad di gurun Ghara. Saya membaca dan akhirnya awan-awan gelap menghilang dan terang matahari mulai memasuki hidup saya. Sebuah perjumpaan yang teramat berharga, seperti budak yang tersesat berjumpa dengan seorang tuan yang baik; domba yang tersesat menemukan seorang Gembala yang baik, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana saya kemudian dapat mengenal Yesus Kristus sebagai Penyelamat dan Penebus saya? Perjumpaan saya secara pribadi dengan Yesus bukan sebuah kebetulan, karena saya telah berjalan sekian lama di jalan penuh duri; tetapi perjalanan saya dan pergulatan saya dengan iblis, jauh lebih lama. Perkenankan saya menjelaskan cerita saya dengan singkat; karena buku ini bukan mengenai kehidupan pribadi saya, tetapi lebih mengenai sebuah lilin yang ditujukan untuk menerangi jalan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan dan hendak mencari cahaya kebenaran.
Allah Pembimbing dan Sekaligus Penyesat?
Ketika saya duduk di kelas 1 SMP, guru agama kami, Mahmood Qasem, mengatakan bahwa “Allah membimbing siapapun yang dia inginkan” dan “Allah mensejahterakan siapapun yang dia inginkan tanpa batas.” Saya mempunyai hubungan yang sangat baik dengannya. Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu hari dia mengatakan di kelas: “Allah mensejahterakan siapapun yang dia kehendaki tanpa batas.”
Kemudian dia mengkontradiksikan dirinya dengan mengutip ayat yang lain: “Carilah dengan rajin di tempat-tempat paling rendah dan makanlah makanannya, karena pada Dialah terdapat keputusan terakhir.” Ayat-ayat lain dari Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah menyesatkan siapapun yang dia inginkan.3 Maka saya bertanya kepada si guru: “Bagaimana Allah dapat mengarahkan siapapun yang dia kehendaki dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki? Jika membimbing dan menyesatkan adalah di tangan Allah, mengapa kemudian terdapat penghakiman dan penghukuman? Tidakkah Allah menjadi tidak adil jika dia membimbing dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki? “Apakah salah satu sifat Allah adalah Sang Penyesat?” Dia tampak terkejut dengan pertanyaan saya. Sepertinya guru saya itu tidak mampu memberikan sebuah jawaban. Dia mengatakan: “Hal ini butuh penjelasan lebih mendalam. Saya akan memberikan kamu sebuah jawaban; tetapi saya membutuhkan waktu yang cukup.” Minggu-minggu berlalu tanpa sebuah jawaban. Sayapun mulai melupakan masalah tersebut karena dia tidak dapat menemukan jawaban yang meyakinkan.
Kira-kira empat bulan kemudian, guru saya mengutip sesuatu yang mirip dengan yang sebelumnya, mengandung kontradiksi serupa. Dan saya kembali mempertanyakannya! Dan ia berjanji akan menjawab kemudian, tetapi sekali lagi ia tidak melakukannya. Sebaliknya ia malah memanggil ayah saya, dan mengatakan masalah saya kepadanya. Lantas sayapun mengutarakan pertanyaaan saya. “Ayah, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan bahwa Allah membimbing siapapun yang dia kehendaki dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki. Saya meyakini bahwa saya adalah salah satu dari mereka yang disesatkan oleh Allah.”
Itulah awal dari keraguan saya. Keraguan terus bertambah, namun dalam kesibukan kehidupan bisnis saya, saya mencoba untuk melupakannya. Namun saya mempunyai terlalu banyak pertanyaan yang butuh jawaban. Karena itu, 18 tahun yang lalu, saya mulai membaca Al-Qur’an dan Hadits (tradisi dari Muhammad dan pengikutnya). Saya mempelajari dengan mendalam kegiatan Muhammad dan penerus-penerusnya.
Setelah saya banyak membaca mengenai hal ini, lambat laun sebuah gambaran mulai tampak jelas. Saya menjadi yakin, bahwa Al-Qur’an adalah buku ciptaan manusia dan Muhammad bukan utusan Tuhan. Hubungan saya dengan agama telah berakhir dan saya tidak mempunyai ikatan dengan Islam, selain hidup dalam masyarakat Muslim. Saya berada dalam situasi yang pelik. Saya menyadari bahwa Islam bukanlah Kebenaran dan tidak mungkin merupakan Kebenaran. Tetapi dimanakah Kebenaran itu?
Ketakutan Terhadap yang Menakutkan
Setelah mempelajari secara mendalam Al-Qur’an dan Hadits Muhammad serta penerusnya, sebuah gambaran aneh mengenai Islam terbentuk dalam kepala saya. Bagaimana bisa Muhammad menguasai pemikiran dari lebih dari satu milyar orang di dunia ini? Tidakkah mereka bisa berpikir? Tidakkah mereka membaca? Jawabannya ada dalam pengalaman Muslim, juga muncul pada saya saat ini: “Ketakutan terhadap yang menakutkan” adalah sebuah prinsip yang diformulasikan oleh Muhammad, untuk memimpin dan menguasai hati manusia melalui ketakutan. Tetapi apa yang ditunjukkan oleh prinsip ini? Saya hanya bisa memastikan bahwa Muhammad, anak dari Abdullah, adalah salah satu orang jenius terbesar dalam sejarah. Dia menggunakan kecerdasaannya untuk memformulasikan sebuah prinsip yang sederhana namun licik, yaitu menakuti manusia melalui sebuah agama!
Karena menghadapi kesulitan di Mekah, dia hijrah ke Medina dengan 30 orang, dan jumlah pengikutnya bertambah dua kali lipat di sana. Namun kesulitan mulai menghimpit. Dimana dia bisa mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? (Bagaimana dengan tempat tinggal, makan, dan pekerjaan?) Bagaimana membiayai pembangunan rumah-rumah baru setelah kematian Khadijah, lalu menikahi dua wanita dan membangun rumah bagi mereka? Enam bulan setelah kedatangannya di Medinah, rumahnya sudah bertambah menjadi lima.
Merasa harus bertanggung jawab, Muhammad ternyata memanfaatkan para pengikutnya untuk merampok suku-suku dan karavan yang berangkat dari Damaskus ke Mekah. Dia merampok karavan-karavan, dan membunuh siapa pun yang mencoba melawannya [sambil membagi jarahan sebagai sebentuk kemurahan Tuhan]. Kegiatan ini menjadi cara termudah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan. Semakin banyak dana yang tersedia, semakin banyak orang yang tergiur bergabung dengan kelompoknya. Tidak puas dengan perampokan karavan-karavan kecil, maka dia mulai merampok suku-suku dan desa yang lebih besar, kemudian beberapa kota. Dia mendistribusikan harta kekayaan hasil penjarahan kepada para pengikutnya, termasuk budak-budak dan wanitanya. Tidak ada batasan mengenai penyiksaan dan pembunuhan tawanan.
*[Dengan cerdik Muhammad mengubah konsep “jihad” yang semula dipahami para pengikutnya sebagai usaha keras untuk mengukuhkan iman – seperti doa dan puasa – kini menjadi “berperang dijalan Allah” dengan cara menyerang musuh-musuh (kafir) secara fisik dan metodis, sekalipun yang diserang nota bene masih punya hubungan famili dengan penyerang. Dan itu berhasil karena dikaitkan dengan perintah wajib dari Allah. Surat 2:216]
Dalam tiga tahun saja, Muhammad berhasil membentuk angkatan bersenjata sebesar 6.000 lebih di antara pengikutnya.
Pengaruh Muhammad pun menjadi kuat dan jumlah istrinya bertambah menjadi sebelas, ditambah enam gundik, dimana dia melakukan hubungan intim dengan mereka. Dikatakan bahwa dia mempunyai sekitar dua ratus pembantu dan pelayan. Tugas dari seseorang pelayan bernama Abd Al-Lah bin Mas’ud adalah untuk menjaga sepatunya. Dia mendapatkan kekayaan cukup banyak untuk membentuk sebuah pasukan. Muhammad harus mengamankan kedudukannya, sehingga “Jibril” turun membawa ayat-ayat dari Allah, tuhannya Muhammad, sesuai dengan keperluannya, dengan mengatakan bahwa siapapun yang meninggalkan Islam harus ditumpahkan darahnya (Surat 4:89). Inilah ayat yang diturunkan sebagai perlindungan mutlaknya dan memberikan kepadanya semua hak yang ia inginkan dan menghapus semua kewajibannya: “Terimalah apapun yang ditugaskan oleh Rasul kepadamu dan sangkal lah dirimu terhadap apa yang dia larang bagimu.” (Surat 59:7). Muhammad meyakini bahwa siapapun yang memeluk Islam dan kemudian berpikiran untuk meninggalkannya, ia pantas mati. Sedangkan Allah mengharuskan semua Muslim untuk taat kepada perintah Muhammad tanpa syarat. Semua orang tunduk dan takut... namun setiap orang mempunyai kewajiban tanpa batas waktu dan tempat untuk membunuh sesama Muslim yang mencoba meninggalkan Islam. *[“Kapanpun kamu menjumpai mereka (Muslim yang murtad), bunuhlah mereka...”, HS Bukhari IX/64]
Muhammad menanamkan filsafat “ketakutan terhadap yang menakutkan” dalam hati pengikut-pengikut sucinya. Kaum Muslim bertambah (dalam jumlah dan garangnya), namun meninggalkannya berarti kematian, bahkan tidak terkecuali di tangan kerabat dan teman terdekatnya. Jika tidak, mereka akan sangat dipermalukan.
Banyak orang memperingatkan saya untuk tidak mengumumkan keimanan saya. Tetapi jawaban saya selalu adalah: Saya berurusan dengan Tuhan yang sesungguhnya, yang namanya adalah Yesus Kristus, dan Alkitab menjamin saya:
“Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang.” (Mazmur 91: 3-5)
Pertemuan
Setelah sekian lama menjadi Muslim yang tidak peduli di luar agama Muhamad, dan ketika Setan yakin bahwa saya tidak akan kembali ke agamanya. Dia mulai menteror dan menyerang saya. Pertama-tama dengan merampas harta kekayaan saya, kemudian dengan menghancurkan semua yang saya telah bangun. Mereka menyerang kesehatan saya hingga saya berada di titik hampir mati. Saya menghabiskan kebanyakan waktu saya di rumah sakit. Tak lama kemudian saya kehilangan uang dan nama baik saya.
Di tengah-tengah kezaliman ini, seorang nyonya menelepon saya dan mengatakan “Saya ingin bertemu dengan Anda.” Saya sungguh-sungguh tidak ingin menanggapinya. Namun dia kemudian menelepon lagi, dan kali ini saya memilih untuk menemuinya, walaupun saya teramat letih dan tubuh saya sedang sakit. Ketika saya menemuinya, dia meletakkan sebuah Alkitab di tangan saya. Saya membukanya secara acak dan hal pertama yang muncul di depan mata saya: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Saya terus membaca. Mengapa saya tidak pernah melihat buku ini, saat saya telah membaca ratusan buku? “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5: 44) Kata-kata indah ini tidak mungkin keluar dari mulut seorang manusia biasa, kecuali dari Tuhan yang Agung yang menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Hebatnya lagi, Tuhan Yesus yang penuh kasih ini mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup!” (Yohanes 14: 6)
Ya, saya menyerahkan jiwa saya kepada-Nya dan lihat ...! semuanya berubah. Semuanya dipulihkan secara bertahap kembali normal. Sepertinya saya memasuki sebuah lembah yang berbeda…sebuah lembah yang hijau permai. Saya merasakan suka cita, kedamaian dan kasih-Nya.
Sekarang saya hidup di dalam tangan Tuhan saya. Saya tidak puas hanya dengan bertemu Dia, memuji nama-Nya dan berdoa kepada-Nya. Adalah kewajiban saya kepada keluarga dan rakyat saya untuk menghantarkan mereka kepada Kebenaran lewat kesaksian tulisan ini:
Kristus Yesus, Muhammad dan Saya.
Saya harap Anda membacanya, karena di dalamnya, Anda akan menemukan penyembuhan untuk jiwa Anda dan mengerti bagaimana Anda dapat kembali kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saya mengundang Anda untuk membaca, memahami dan membandingkan. Semoga Tuhan memberkati Anda.
Saya adalah seseorang yang berjalan di jalan yang panjang, mencari kebenaran di semua sudut dan semua jalan. Siapa itu Musa, Yesus dan Muhammad! Akhirnya sampai kepada kesadaran yang mendalam, bahwa diri saya selama 40 tahun telah tertawan dalam sel kebanggaan pada sebuah penjara besar yang bernama ketidak-jelasan dalam agama bangsa saya.
Saya telah menyelesaikan studi tingkat universitas, menerima gelar Master dalam Ekonomi dan Ilmu Politik di Mesir. Dan memulai menitih karier pada bisnis manajemen penerbitan di sebuah koran Arab. Dua tahun kemudian saya menjadi pemimpin editor, lalu bekerja selama lima tahun sebagai penasehat pers untuk seorang presiden Arab.1 Saya telah menerbitkan sepuluh buku mengenai ekonomi, sosiologi dan politik yang menjangkau pasar dunia Arab maupun internasional. Dan Sebagian telah diterjemahkan dalam tiga bahasa.
Saya telah menulis lebih dari 2000 artikel yang diterbitkan di koran serta majalah Arab dan Islam, untuk berbagai agen pers Arab dan internasional. 2 Sebagai seorang Muslim, Saya adalah salah seorang yang telah mengkritik Taurat dan Injil dalam lebih dari satu kuliah umum dan penelitian serta mengulangnya seperti seekor burung Beo bahwa Alkitab telah dirubah dan dipalsukan!
Saya adalah seseorang yang pintunya diketok oleh seorang saudara yang mengatakan, “Apakah Anda telah membaca Al-Qur’an dan Hadits Muhammad secara mendalam?” Setelah membaca, saya justru terkena penyakit ”kepala intelektual” yang menyakitkan, kemudian berakibat pada penulisan buku saya yang terakhir, Lost Between Reason and Faith (“Tersesat antara Nalar dan Iman”, diterbitkan hanya dalam bahasa Arab). Akibatnya, saya menemukan diri saya di luar batas-batas agama selama lebih dari sepuluh tahun. Selama waktu tersebut, saya hanya melihat ke surga karena pada saat itu saya selalu yakin bahwa di surga terdapat Tuhan.
Walaupun saya tersesat menurut ajaran Islam; ada seorang Kristen yang telah lahir baru meletakkan sebuah Alkitab di dalam tangan saya dan mengatakan: “Baca,” sama seperti yang telah dinyatakan bahwa sebuah ruh yang mengaku sebagai malakat “jibril” mengatakan kepada Muhammad di gurun Ghara. Saya membaca dan akhirnya awan-awan gelap menghilang dan terang matahari mulai memasuki hidup saya. Sebuah perjumpaan yang teramat berharga, seperti budak yang tersesat berjumpa dengan seorang tuan yang baik; domba yang tersesat menemukan seorang Gembala yang baik, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Bagaimana saya kemudian dapat mengenal Yesus Kristus sebagai Penyelamat dan Penebus saya? Perjumpaan saya secara pribadi dengan Yesus bukan sebuah kebetulan, karena saya telah berjalan sekian lama di jalan penuh duri; tetapi perjalanan saya dan pergulatan saya dengan iblis, jauh lebih lama. Perkenankan saya menjelaskan cerita saya dengan singkat; karena buku ini bukan mengenai kehidupan pribadi saya, tetapi lebih mengenai sebuah lilin yang ditujukan untuk menerangi jalan bagi mereka yang hidup dalam kegelapan dan hendak mencari cahaya kebenaran.
Allah Pembimbing dan Sekaligus Penyesat?
Ketika saya duduk di kelas 1 SMP, guru agama kami, Mahmood Qasem, mengatakan bahwa “Allah membimbing siapapun yang dia inginkan” dan “Allah mensejahterakan siapapun yang dia inginkan tanpa batas.” Saya mempunyai hubungan yang sangat baik dengannya. Sayangnya, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena suatu hari dia mengatakan di kelas: “Allah mensejahterakan siapapun yang dia kehendaki tanpa batas.”
Kemudian dia mengkontradiksikan dirinya dengan mengutip ayat yang lain: “Carilah dengan rajin di tempat-tempat paling rendah dan makanlah makanannya, karena pada Dialah terdapat keputusan terakhir.” Ayat-ayat lain dari Al-Qur’an mengatakan bahwa Allah menyesatkan siapapun yang dia inginkan.3 Maka saya bertanya kepada si guru: “Bagaimana Allah dapat mengarahkan siapapun yang dia kehendaki dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki? Jika membimbing dan menyesatkan adalah di tangan Allah, mengapa kemudian terdapat penghakiman dan penghukuman? Tidakkah Allah menjadi tidak adil jika dia membimbing dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki? “Apakah salah satu sifat Allah adalah Sang Penyesat?” Dia tampak terkejut dengan pertanyaan saya. Sepertinya guru saya itu tidak mampu memberikan sebuah jawaban. Dia mengatakan: “Hal ini butuh penjelasan lebih mendalam. Saya akan memberikan kamu sebuah jawaban; tetapi saya membutuhkan waktu yang cukup.” Minggu-minggu berlalu tanpa sebuah jawaban. Sayapun mulai melupakan masalah tersebut karena dia tidak dapat menemukan jawaban yang meyakinkan.
Kira-kira empat bulan kemudian, guru saya mengutip sesuatu yang mirip dengan yang sebelumnya, mengandung kontradiksi serupa. Dan saya kembali mempertanyakannya! Dan ia berjanji akan menjawab kemudian, tetapi sekali lagi ia tidak melakukannya. Sebaliknya ia malah memanggil ayah saya, dan mengatakan masalah saya kepadanya. Lantas sayapun mengutarakan pertanyaaan saya. “Ayah, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyatakan bahwa Allah membimbing siapapun yang dia kehendaki dan menyesatkan siapapun yang dia kehendaki. Saya meyakini bahwa saya adalah salah satu dari mereka yang disesatkan oleh Allah.”
Itulah awal dari keraguan saya. Keraguan terus bertambah, namun dalam kesibukan kehidupan bisnis saya, saya mencoba untuk melupakannya. Namun saya mempunyai terlalu banyak pertanyaan yang butuh jawaban. Karena itu, 18 tahun yang lalu, saya mulai membaca Al-Qur’an dan Hadits (tradisi dari Muhammad dan pengikutnya). Saya mempelajari dengan mendalam kegiatan Muhammad dan penerus-penerusnya.
Setelah saya banyak membaca mengenai hal ini, lambat laun sebuah gambaran mulai tampak jelas. Saya menjadi yakin, bahwa Al-Qur’an adalah buku ciptaan manusia dan Muhammad bukan utusan Tuhan. Hubungan saya dengan agama telah berakhir dan saya tidak mempunyai ikatan dengan Islam, selain hidup dalam masyarakat Muslim. Saya berada dalam situasi yang pelik. Saya menyadari bahwa Islam bukanlah Kebenaran dan tidak mungkin merupakan Kebenaran. Tetapi dimanakah Kebenaran itu?
Ketakutan Terhadap yang Menakutkan
Setelah mempelajari secara mendalam Al-Qur’an dan Hadits Muhammad serta penerusnya, sebuah gambaran aneh mengenai Islam terbentuk dalam kepala saya. Bagaimana bisa Muhammad menguasai pemikiran dari lebih dari satu milyar orang di dunia ini? Tidakkah mereka bisa berpikir? Tidakkah mereka membaca? Jawabannya ada dalam pengalaman Muslim, juga muncul pada saya saat ini: “Ketakutan terhadap yang menakutkan” adalah sebuah prinsip yang diformulasikan oleh Muhammad, untuk memimpin dan menguasai hati manusia melalui ketakutan. Tetapi apa yang ditunjukkan oleh prinsip ini? Saya hanya bisa memastikan bahwa Muhammad, anak dari Abdullah, adalah salah satu orang jenius terbesar dalam sejarah. Dia menggunakan kecerdasaannya untuk memformulasikan sebuah prinsip yang sederhana namun licik, yaitu menakuti manusia melalui sebuah agama!
Karena menghadapi kesulitan di Mekah, dia hijrah ke Medina dengan 30 orang, dan jumlah pengikutnya bertambah dua kali lipat di sana. Namun kesulitan mulai menghimpit. Dimana dia bisa mendapatkan uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? (Bagaimana dengan tempat tinggal, makan, dan pekerjaan?) Bagaimana membiayai pembangunan rumah-rumah baru setelah kematian Khadijah, lalu menikahi dua wanita dan membangun rumah bagi mereka? Enam bulan setelah kedatangannya di Medinah, rumahnya sudah bertambah menjadi lima.
Merasa harus bertanggung jawab, Muhammad ternyata memanfaatkan para pengikutnya untuk merampok suku-suku dan karavan yang berangkat dari Damaskus ke Mekah. Dia merampok karavan-karavan, dan membunuh siapa pun yang mencoba melawannya [sambil membagi jarahan sebagai sebentuk kemurahan Tuhan]. Kegiatan ini menjadi cara termudah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan. Semakin banyak dana yang tersedia, semakin banyak orang yang tergiur bergabung dengan kelompoknya. Tidak puas dengan perampokan karavan-karavan kecil, maka dia mulai merampok suku-suku dan desa yang lebih besar, kemudian beberapa kota. Dia mendistribusikan harta kekayaan hasil penjarahan kepada para pengikutnya, termasuk budak-budak dan wanitanya. Tidak ada batasan mengenai penyiksaan dan pembunuhan tawanan.
*[Dengan cerdik Muhammad mengubah konsep “jihad” yang semula dipahami para pengikutnya sebagai usaha keras untuk mengukuhkan iman – seperti doa dan puasa – kini menjadi “berperang dijalan Allah” dengan cara menyerang musuh-musuh (kafir) secara fisik dan metodis, sekalipun yang diserang nota bene masih punya hubungan famili dengan penyerang. Dan itu berhasil karena dikaitkan dengan perintah wajib dari Allah. Surat 2:216]
Dalam tiga tahun saja, Muhammad berhasil membentuk angkatan bersenjata sebesar 6.000 lebih di antara pengikutnya.
Pengaruh Muhammad pun menjadi kuat dan jumlah istrinya bertambah menjadi sebelas, ditambah enam gundik, dimana dia melakukan hubungan intim dengan mereka. Dikatakan bahwa dia mempunyai sekitar dua ratus pembantu dan pelayan. Tugas dari seseorang pelayan bernama Abd Al-Lah bin Mas’ud adalah untuk menjaga sepatunya. Dia mendapatkan kekayaan cukup banyak untuk membentuk sebuah pasukan. Muhammad harus mengamankan kedudukannya, sehingga “Jibril” turun membawa ayat-ayat dari Allah, tuhannya Muhammad, sesuai dengan keperluannya, dengan mengatakan bahwa siapapun yang meninggalkan Islam harus ditumpahkan darahnya (Surat 4:89). Inilah ayat yang diturunkan sebagai perlindungan mutlaknya dan memberikan kepadanya semua hak yang ia inginkan dan menghapus semua kewajibannya: “Terimalah apapun yang ditugaskan oleh Rasul kepadamu dan sangkal lah dirimu terhadap apa yang dia larang bagimu.” (Surat 59:7). Muhammad meyakini bahwa siapapun yang memeluk Islam dan kemudian berpikiran untuk meninggalkannya, ia pantas mati. Sedangkan Allah mengharuskan semua Muslim untuk taat kepada perintah Muhammad tanpa syarat. Semua orang tunduk dan takut... namun setiap orang mempunyai kewajiban tanpa batas waktu dan tempat untuk membunuh sesama Muslim yang mencoba meninggalkan Islam. *[“Kapanpun kamu menjumpai mereka (Muslim yang murtad), bunuhlah mereka...”, HS Bukhari IX/64]
Muhammad menanamkan filsafat “ketakutan terhadap yang menakutkan” dalam hati pengikut-pengikut sucinya. Kaum Muslim bertambah (dalam jumlah dan garangnya), namun meninggalkannya berarti kematian, bahkan tidak terkecuali di tangan kerabat dan teman terdekatnya. Jika tidak, mereka akan sangat dipermalukan.
Banyak orang memperingatkan saya untuk tidak mengumumkan keimanan saya. Tetapi jawaban saya selalu adalah: Saya berurusan dengan Tuhan yang sesungguhnya, yang namanya adalah Yesus Kristus, dan Alkitab menjamin saya:
“Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok. Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang.” (Mazmur 91: 3-5)
Pertemuan
Setelah sekian lama menjadi Muslim yang tidak peduli di luar agama Muhamad, dan ketika Setan yakin bahwa saya tidak akan kembali ke agamanya. Dia mulai menteror dan menyerang saya. Pertama-tama dengan merampas harta kekayaan saya, kemudian dengan menghancurkan semua yang saya telah bangun. Mereka menyerang kesehatan saya hingga saya berada di titik hampir mati. Saya menghabiskan kebanyakan waktu saya di rumah sakit. Tak lama kemudian saya kehilangan uang dan nama baik saya.
Di tengah-tengah kezaliman ini, seorang nyonya menelepon saya dan mengatakan “Saya ingin bertemu dengan Anda.” Saya sungguh-sungguh tidak ingin menanggapinya. Namun dia kemudian menelepon lagi, dan kali ini saya memilih untuk menemuinya, walaupun saya teramat letih dan tubuh saya sedang sakit. Ketika saya menemuinya, dia meletakkan sebuah Alkitab di tangan saya. Saya membukanya secara acak dan hal pertama yang muncul di depan mata saya: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28). Saya terus membaca. Mengapa saya tidak pernah melihat buku ini, saat saya telah membaca ratusan buku? “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Matius 5: 44) Kata-kata indah ini tidak mungkin keluar dari mulut seorang manusia biasa, kecuali dari Tuhan yang Agung yang menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Hebatnya lagi, Tuhan Yesus yang penuh kasih ini mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup!” (Yohanes 14: 6)
Ya, saya menyerahkan jiwa saya kepada-Nya dan lihat ...! semuanya berubah. Semuanya dipulihkan secara bertahap kembali normal. Sepertinya saya memasuki sebuah lembah yang berbeda…sebuah lembah yang hijau permai. Saya merasakan suka cita, kedamaian dan kasih-Nya.
Sekarang saya hidup di dalam tangan Tuhan saya. Saya tidak puas hanya dengan bertemu Dia, memuji nama-Nya dan berdoa kepada-Nya. Adalah kewajiban saya kepada keluarga dan rakyat saya untuk menghantarkan mereka kepada Kebenaran lewat kesaksian tulisan ini:
Kristus Yesus, Muhammad dan Saya.
Saya harap Anda membacanya, karena di dalamnya, Anda akan menemukan penyembuhan untuk jiwa Anda dan mengerti bagaimana Anda dapat kembali kepada Tuhan yang sesungguhnya. Saya mengundang Anda untuk membaca, memahami dan membandingkan. Semoga Tuhan memberkati Anda.
Shallom
BalasHapusTuhan Yesus memberkati saudara dan kesaksian saudara.
wahai sang murtadin...
BalasHapuswalaupun saya tidak membaca sepenuhnya tulisan anda diatas anda mengatakan allah penyesat berarti anda memang belum tahu apa konsekuensi dari perbuatan manusia ???
ingat..maksud allah menyesatkan manusia karena manusia telah dibutakan oleh perbuatan buruknya bagaimana allah memberi petunjuk pada orang tersesat kalau manusia tidak mau memperbaiki kelakuannya.Ingatlah Allah tidak akan mengubah nasib hambanya jika hambanya tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri.....
kalu andai allah penyesat mengapa allah berfirman tentang kebaikan pada Al'Qurman yang akan disaksikan dan dikerjakan berjuta-juta dan bermilyar manusia ???
BalasHapusKalau Allah penyesat kenapa masih ada ustad,habib,dan Kyai yang menyampaikan kebenaran dan tongkat estafet muhammad
Ah, ini cerita cuma rekayasa aja gw percaya. Kalaupun benar dia ga ngerti konsep "ALLAH maha berkehendak". Kalau dia orangnya berpengetahuan, kenapa dia berubah ke agama Kristen yang jelas-jelas banyak inkonsistensinya? Buat anda saya quote aja Jeremiah 8:8 "How can you say 'We are wise and the law of the Lord is with us?'But behold the lying pen of the scribes has made it into LIE"
BalasHapusklo kamu betul pernah jadi penganut islam yang betul2 belajar islam saya rasa kamu nda akan menulis panjang lebar buat karangan yang nda akan masuk di otak orang muslim,, kerana setiap muslim yang sedar dan iman terhadap nabi dan rasulnya iman terhadap alqur'an sebagai kitabnya tidak akan sekali2 goyah imannya,,, hai saudaraku bertaubatlahh Allah maha ampun,,, saya mendoakan agar engkau mendapat hidayah dan cepat2 merubah balik tulisan mu ini,,, belajarlah islam kepada orang yang tau islam,, jangan belajar islam dengan orang yang membenci islam,,
BalasHapusAstafiruallah.. Kalau betullah kamu mendalami agama islam dengan menghayati setiap bait2 ayat Al-Quran kamu tidak akan berkata demikian. Bacalah dan fahamilah.. Saya amat2 terkejut dgn kenyataan kamu ini sedangkan kamu adalah seorang yang terpelajar tetapi dalam hal ni kamu begitu jahil..
BalasHapusKelihatan nya..si penulis buku ni...bkn org islam...dan ayat yang awl karang sesuai utk awak kat atas tu...sebenar memberitahu pasal awak...sbab apa...awk dh trmasuk di dlm...firman Allah tu....Allah menyesat kan awk.....sbab kejahilan awk....:)..take a note...aku pun org islam yang lemah...tapi aku masih percaya Allah lh tuhan ku..nabi muhammad lh rasul ku...
BalasHapusBaru awal saja sudah banyak komentar yang aneh2..
BalasHapusMbok nyante saja, baca dulu, dipahami, ditelaah..dibuka klo perlu alqurannya+haditsnya..
Wong ini tu kesaksian,.hak orang juga buat berbicara, berargumen,dll..
Dan ada benernya ga yang dia tulis ini??
Kalo bener ya jangan protes.. Sip.. Josss